Oleh : Aulia Teguh Pratama
Mahasiswa Psikologi Universitas Syiah Kuala.
Kebudayaan adalah sebuah tradisi turun temurun mulai dari bagian keluarga yang paling atas sampai dengan generasi yang paling bawah. Guel , tari guel adalah kebudayaan yang aku mainkan dan aku tekuni saat ini.
Tari yang mengandalkan keahlian bahasa tubuh, dengan gerakan khas, halus, diiringi music canang, gong, gegedem. Tarian yang baru bisa dimainkan, membutuhkan seni dan latihan khusus. Gerekannya memiliki makna, bukan hanya sekedar menggerakan tangan, menghentakkan kaki, serta meliukkan tubuh. Dari yang terlahir dari sejarah dan kebesaran kerajaan di Gayo.
Memperkenalkan budayaku yang satu ini mungkin terasa agak sulit. Butuh keahlian dalam gerakan, dan merasakan ada getaran halus di bathin. Bagai ada kekuatan lain yang menyertai tari ini, sebuah kekuatan yang diyakini datang dari kerajaan yang telah melahirkan kerajaan terkemuka di Aceh, berasal dari Linge.
Walau sulit memperkanalkan tari guel ke dunia, aku memiliki tekat, dunia harus tau tari guel adalah kebudayaan dari daerahku Gayo. Tari guel berawal dari sebuah kisah di mana Raja Aceh Darussalam melihat seekor gajah putih di daerah Linge, Aceh Tengah. Dalam sebuah lukisan yang dilukis oleh seorang raja dari Linge.
Raja Aceh Darussalam menanyakan apakah bisa mendatangkan gajah putih itu ke Kuteni Reje.
Karena menjanjikan akan mendatangkan gajah ini ke Kuteni Reje, terjadi silang pendapat antara abang dan adik dalam kerajaan Linge. Raja Linge tidak mengizinkan , namun tetap saja, abang sang reje Linge ini bersikeras (Reje Aceh) menangkap gajah tersebut dan membawanya ke Kuteni Reje.
Singkat cerita Reje Linge mengizinkan abangnya untuk menangkap gajah tersebut. Awalnya gajah tersebut tidak mau jalan, oleh Sengeda mulai dia menunjukkan kemampuannya dalam bertari sebagai penghormatan kepada gajah putih ini. Hentakan kaki dan gerekan tangan yang lembut, membuat gajah ini mengikuti kemauan Sengeda sampai gajah putih ini hadir ke Kuteni Reje. Tari lemah gemulai dengan cirri khas dan ada kekuatan mistis inilah disebut tari guel.
Begitulah mungkin sejarah singkat dari tari guel itu sendiri, sampai pada akhirnya kebudayaan tari guel ini bertahan sampai sekarang walaupun kurang ada peminatnya. Tapi kami generasi Gayo akan mempertahankan tari tersebut sampai nyawa dalam tubuh ini menghilang.
Tari guel ini yang menunjukan kewibawaan seorang pria ketika menarikan tarian ini. Tekat kuat ini berniat untuk melestarikan budaya ini sampai kapanpun itu. Dunia harus tau ini adalah kebudayaan Gayo yang Mistis yang gerekan dan hentakannya indah dipandang mata. Pemuda Gayo harus bangga dengan kebudayaan ini dan harus menjaga serta melestarikannya.
Aulia Teguh Pratama
Mahasiswa Psikologi Universitas Syiah Kuala.