Catatan :Mahya Abadi *
Di tengah masa pandemi yang telah mengubah hampir seluruh tatanan kehidupan sampai penjuru negeri, ada banyak persoalan yang muncul dan seharusnya dapat di akomodir dan di selesaikan pemerintah kabupaten Bener Meriah dengan mengedepankan azas kemanusiaan yang adil dan beradab.
Salah satu sektor yang sangat berdampak akibat pandemi adalah pada sektor perekonomian, khususnya masyarakat kabupaten Bener Meriah yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani dan pekebun.
Akan tetapi sangat di sayangkan bahwa, di tengah banyaknya petani yang tengah sibuk memanen hasil pertaniannya. Bak “jauh api dari panggang”, harga penjualan masyarakat jauh dari harapan bahkan mengalami kerugian.
Di sisi lain ternyata, pemerintahan Abuya Sarkawi tidak terlalu mengambil pusing dengan permasalahan tersebut, di buktikan dengan beberapa kegiatan bupati yang sama sekali tidak pernah bercerita tentang bagaimana petani Bener Meriah agar tidak mengalami paceklik sampai berhutang pada rentenir, tidak bersinerginya dinas terkait bisa menjadi salah satu asbabunuzulnya.
Lagi-lagi hari ini kita menanyakan bagaimana janji politik Ahmadi – Sarkawi , khususnya realisasi janji KPM.
Bupati Bener Meriah seharusnya lebih peka terhadap permasalahan mendasar di tengah masyarakatnya.
Isu pemekaran provinsi itu penting, akan tetapi kelangsungan hidup masyarakat juga jauh lebih penting.
Belum lagi masa panen raya kopi sudah di depan mata, akan tetapi nilai produksi petani masih kalah jauh dengan harga beli di pasaran, ini tentu menjadi tanggung jawab pemerintah untuk membuka keran agar masyarakat tidak semakin menderita.
Resi gudang yang awalnya di anggap mampu menjadi penawar di tengah rendahnya harga kopi, tapi pada kenyataannya justru hanya menjadi obat penenang.
Tidak dapat di pungkiri bahwa rejeki datangnya dari Allah SWT, akan tetapi campur tangan pemerintah dalam hal kebijakan dan aturan sangat di harapkan agar tidak terkesan hanya mementingkan golongan dan kelompok.
Tokoh Pemuda Delung Asli*
Comments are closed.