Jakarta | Lintas Gayo – Usai acara diskusi “Menyoal Dapil Aceh,” buku “Gayo Merangkai Identitas” karya 2 (dua) Arkeolog dari Badan Arkeologi (Balar) Medan Sumatera Utara, Ketut Wiradnyana dan Taufiqurraman dibagikan Forum Lintas Gayo (For LG) Jakarta kepada pelbagai tokoh masyarakat, mahasiswa, pemuda, dan perwakilan organisasi paguyuban Gayo yang ada di Jakarta.
Penyerahan buku tersebut dilakukan di ruangan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Propinsi Aceh, Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (1/3/2012).
“Penyerahan buku ini dipercayakan Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Aceh Tengah kepada Media Online Lintas Gayo. Dan, For LG Jakarta untuk tahap pertama dijatah 15 buku.
“Alhamdulillah. Hari ini, kita bisa ketemu. Makanya, coba kita bagikan,” sebut Yusradi Usman al-Gayoni, Koordinator For LG Jakarta.
Diantara penerima buku tersebut, yaitu Mursyid (Senator Aceh), Subahi Idris (Tokoh Masyarakat Aceh), Fikar W. Eda (Penyair dan wartawan asal Gayo), Muhammad Hasan Daling (Ketua Ikatan Musara Gayo Jabodetabek), Muchtarudin Gayo (LSM Generasi Muda Pengawal Amanah Rakyat), Win Noto Gayo (Asrama Lut Tawar Jakarta), dan Burhanuddin (Ikatan Mahasiswa Gayo Lues).
Disamping itu, juga diberikan kepada Salmi Habib Cut Banta, Kepala Perwakilan/Koordinator Pemerintah Kabupaten Nagan Raya Jakarta dan kepada Yudi, guru pembimbing SMA Negeri 1 Slawi, Jawa Tengah saat Indonesian Scientific Project Olympiad (ISPO) berlangsung, sebagai cinderamata dari Takengon, tanoh Gayo.
Seminar Sejarah Gayo
Dalam diskusi singkat yang berlangsung di Ruangan DPD RI Propinsi Aceh, Muhammad Hasan Daling, mengusulkan, supaya dibuat Seminar Sejarah Gayo. “Pelaksanaannya, sebaiknya di Banda Aceh. Nanti, kita bisa berkerjasama dengan Keluarga Negeri Antara (KNA) Banda Aceh,” katanya.
Sementara itu, selain Ketut Wiradyana, Subahi Idris dan Fikar W. Eda, menambahkan, bisa juga diundang Drs. H. Mahmud Ibrahim, Prof. M. Dien Madjid, Prof. DR. Bungaran Antonius, dan Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Tokoh-tokoh Gayo tersebut, meragukan penetapan hari ulang tahun Kota Takengon yang tahun ini sudah berusia 435 tahun. “Kota Banda Aceh saja sudah berumur 807 tahun. Takengon, baru 435 tahun.
Padahal, Kota Banda Aceh sendiri ‘didirikan’ Merah Johansyah, anak Raja Linge Adi Genali yang notabene berasal dari Takengon. Ini kan sudah tidak betul,” ungkap Hasan Daling, prihatin. (SP/Red.03)
.