Puisi Kopi Diyaa Izzati

Ini Namanya Kopi Sayang!

 

secangkir kopi itu:
kopi, gula dan air
bercampur dalam satu cangkir kopi

yaa
dari dulu itu namanya kopi
kau tetap menyebutnya kopi

tapi aku

akan menyebutnya kopi
saat bidadari hati
yang meracik kenikmatan itu
dengan tarian tanganmu
sambil menyuguhkan sedikit senyuman
dan sebuah pertanyaan:
“bagaimana?”
“ini baru namanya kopi, Sayang.”

29 oktober 2012

 

Rindu Secangkir Kopi

Pagi ini awan masih saja mengepul
Membentuk gumpalan rindu
Semalam hujan sangat romantis
Itu karena kau

Aku rindu secangkir racikan kopi hangat
kau suguhkan
Saat tubuhku dililit gigil ganas
Masih kau ingat?

Aku rindu kau
Kapan aku dapat mengecap lagi
Kopi buatan tanganmu, Maryamah?
Aku merindumu
Oo
Aku merindu!

29 oktober 2012

 

 

Maulidiya Izzati dengan nama pena Diyaa Izzati, kelahiran 16 September 1994. Anak pertama dari 4 bersaudara.  Pegiat di teater Rumput, dan Taman Budaya. Menulis bagi saya adalah satu hal yang semua orang tak bisa lakukan, karena dengan menulis aku mampu berkata bahwa aku punya karya, dan aku ada.

Puisi ini telah lulus seleksi tahap pertama dan menjadi nominator karya yang akan dimuat dalam Buku Antologi Puisi “Secangkir Kopi” terbitan oleh The Gayo Institute (TGI) dengan editor Fikar W Eda dan Salman Yoga S.

 

 

Comments are closed.