Tag: Puisi Kopi

Gadis Kopi karena memar musim hujan di dada tuan aku lupa menukarmu dengan buah simalakama   demikian juga amuk tuan pada gadis

Kopi Klasik Pahit. Pahit sekali. Selarasnya memang lupa. Tanpa serbuk, dan pekat terlihat memar. Sebentar melukai pangkal ludah. Namun, tak lama memaksa

Di Cangkir Kopinya Ada Lalat di cangkir kopinya ada lalat berenang bahagia dia mengamuk menggebrak meja kopinya tumpah lalat berkata sayapku basah

Kyoto: Aku Mabuk Kopi Di pojok stasiun Kyoto Segelas kopi terasa hangatnya Setelah semalam menggigil kedinginan Dalam musim sakura bermekaran.   Kuhirup

Hasil Memetik Kopi Ine Hari Ini* (bagi Almh. Hj. Sufiah Inen Hafisah Meriah) Ine kuteguk kucuran peluh pahitnya hidup gontai, kakimu mengayun

Toga Di Taman Kopi Malam belum sepenuhnya usai Namun pagi belum sepenuhnya juga menjelang Purnama mulai pudar Namun surya belum memancar Mata

Orang-orang dalam Secangkir Kopi sebuah malam ketika jangkrik dan kica-kica bergumul dengan angin yang menerbangkan serbuk sari pada putik suara-suara menggema pada

Kopi Gayo             –kepada  lesik keti ara– Secangkir kopi yang kau suguhkan telah menyeruak aromanya merontokkan bulu hidung urang puteh pohonnya tumbuh