Kopi Klasik
Pahit.
Pahit sekali.
Selarasnya memang lupa.
Tanpa serbuk, dan pekat terlihat memar.
Sebentar melukai pangkal ludah.
Namun, tak lama memaksa tuk mencemooh.
Ah, gebrakan baruku tak hasilkan apapun.
Kupikir, laknatku mampu lupakan pahit.
Tapi ternyata, sama saja.
Aku lupa ( kedua kalinya ).
Bahwa Tuhan itu Maha Baik.
Dia menciptakan gula.
GULA !
Dan itu meredam luka.
Dan itu menghapus pahit.
( Mengelupaslah rasa sakit )
Aku berpikir tentang hal baru.
Tentang aku dan dia.
Yang pahit dan membuatku ingat akan Tuhan.
Epulnya
Menyamarlah aku dalam sendu.
Sungguh munafik kalau kulupakan harumnya.
Dalam cangkir kecil, dan beberapa tetes di ujung bibir.
Membentuk garis-garis penuh rindu.
Kucumbu harumnya.
Indah tak berkesudahan.
Gurat tipis di bibir menelungkup lembut.
Mencumbu lagi denyut lemahnya.
Melenakan, menerbangkan.
Ketika uap mengepul (lagi ).
Hangat tenangi sesosok aku.
Yang sedang dilanda kegalauan.
Lantas kulupakan dengan mengecupmu.
Secangkir kopi di atas galau yang membunuhku.
Kopi Vs Mantan
Kutinggalkan mimpi bertajuk cinta.
Dengan segala sesal kuimbaskan pada sendok kecil.
Aku menangis dalam sesak.
Di penghujung sore, di bawah beranda hujan.
Mungkin hanya secangkir uap kopi.
Entah dengan susu, entah dengan gula.
Semua serasa sama.
Sama-sama membuatku nyaman.
Sama-sama memuatku serasi dengan kesedihan.
Tak peduli lagi aku tanpamu.
Lebih nyaman cangkir kopiku, dibanding dirimu.
Ghani V. Artha, lahir di Jakarta 16 February 1996. Saat ini masih berstatus sebagai pelajar, namun ia telah mencintai sastra dan berkarya sebagai bagian dari hidupnya. Ghani V. Artha tinggal di Bekasi dan dapat dihubungi di ansharikudopein@gmail.com
Puisi Ghani V. Artha telah lulus seleksi tahap pertama dari sejumlah karya yang dikirimkan dan berhak menjadi nominator karya yang akan dimuat dalam Buku Antologi Puisi “Secangkir Kopi” terbitan oleh The Gayo Institute (TGI) dengan kurator Fikar W Eda dan Salman Yoga S.
