Takengen | Lintas Gayo-Praktik politik uang atau materi makin meningkat. Tujuannya, untuk ‘membeli’ suara masyarakat.
“Itu satu-satunnya cara biar mereka (caleg) bisa duduk ke dewan baik dari anggota dewan yang kembali mencalonkan maupun caleg pendatang baru. Kalau konsep, program, dan kemampuan mereka sudah pasti kurang. Makanya, mereka main duit,” kata sumber Lintas Gayo di Tan Saril, Kec Bebesen, Rabu (18/12/2013).
Masyarakat, paparnya, sudah tahu caleg-caleg yang bermain duit. Apalagi, Panwaslu Aceh Tengah, pasti tahu. Soalnya, sudah santer dibicarakan dalam masyarakat.
“Di Dapil IV (Kec Bebesen, Kec Bies, dan Kec Kute. Panang, misalnya, masyarakat sudah tahu siapa yang berpolitik uang dan ‘menyogok’ pemilih dengan barang. Bahkan, sudah bisa dipetakan di setiap kampung. Mulai dari Bebesen, Tan Saril, Belang Gele, Kemili, BLK I, BLK II, Bies, dan kampung lainnya yang ada di Takengon,” ungkapnya.
Menurutnya, caleg-caleg seperti itu langsung digugurkan. Kuncinya, ada di Panwaslu dan KIP Aceh Tengah.
“Tergantung mereka. Kalau mereka mau, bersihlah prosesnya, dan anggota dewan terpilih pun pasti baik, mampu, dan berkualitas. Akhirnya, bisa membawa perubahan daerah ini ke arah yang lebih baik. Kalau tidak, sebaliknya,” tegasnya.
Disamping itu, masyarakat harus terus diberikan pendidikan politik. “Biar masyarakat paham, dan tidak salah pilih lagi. Sudah cukup tiga kali pemilihan seperti itu. Kita pun sudah jenuh. Makanya, jangan pilih caleg-caleg seperti itu,” serunya.
Di luar itu, terangnya, perlu peran aktif Muspida Plus dalam mewujudkan pemilu legislatif yang bersih. “Pemerintah daerah jangan tinggal diam. Apalagi, mereka bakal jadi mitra pemerintah. Jangan sampai anggota dewan terpilih nantinya asyik memikirkan pengembalian modal sekaligus hutang. Karena, bermoney politics. Akhirnya, berproyek, jadi makelar, mengharapkan fee, dana aspirasi serta pengadaan barang dan jasa,” tutupnya. (G4)