Fenomena Tagore Abubakar

Tagore (lima dari kanan saat deklarasi. (Lintas Gayo | Muhady)
Tagore (lima dari kanan saat deklarasi. (Lintas Gayo | Muhady)

Takengen | Lintas Gayo – Aneh. Itu kata pertama yang terlontar dari mulutnya. Namun ucapan itu tak seiring dengan ekspresi kegembiraan yang tergambar di raut wajahnya. Di balik perawakan besar dan suara sopran yang kerap mewarnai sikap tegas khas dirinya, pagi itu dia lebih terlihat cair di tengah suasana kebersamaan.

Sosoknya terlihat begitu akrab dengan senyum ramah yang ia suguhkan kepada para kerabat di sekelilingnya. Duduk bersila mengenakan kain sarung di salahsatu ruangan kecil di rumahnya, ia tampak sangat santai sembari berbincang ringan dan menyambut siapa saja yang datang.

Hiruk pikuk bahasan pemilu 9 April masih kental terdengar. Namun bagi lelaki berdarah Gayo ini, udara pagi masih terasa segar untuk dihirup. Dan iklim dingin dataran tinggi, masih menyejukkan hati.

Dia adalah Tagore Abubakar. Sosok politisi kelas wahid di Dataran Tinggi Gayo. Namanya bahkan sudah begitu akrab di kalangan masyarakat Aceh pada umumnya. Sekali lagi dia menorehkan catatan gemilang dalam kiprah politiknya. Pada  pesta demokrasi 9 April lalu, dia kembali meraih kepercayaan masyarakat secara fenomenal.

Kali ini, Tagore maju sebagai calon anggota legeslatif DPR-RI dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Dia bertarung di daerah pemilihan Aceh II. Hitung sementara pemungutan suara di Aceh Tengah dan Bener Meriah, menempatkan nama mantan Bupati Bener Meriah ini, sebagai kandidat terkuat untuk melenggang ke senayan.

Tagore mengantongi raihan suara yang cukup signifikan. Pencapaian itu disebutnya sebagai sebuah fenomena. “Saya tidak banyak melakukan kampanye atau bertemu dengan masyarakat,” ucapnya, saat ditemui di rumahnya, Kamis 10 April 2014, tepat sehari setelah pesta demokrasi berlangsung.

Kalimat itu disampaikannya untuk menjelaskan bahwa raihan suara dirinya yang mencapai 70 persen lebih di Bener Meriah dan hampir mencapai 60 persen di Aceh Tengah, adalah sesuatu yang mengejutkan dirinya pada pemilu tahun ini. Tagore mengaku bahwa upaya yang dilakukannya di masa kampanye pemilu tidak begitu maksimal. Namun hasilnya sangat memuaskan.

“Memang saya merasakan ini sebagai sebuah fenomena. Di luar dugaan saya. Dengan kondisi begini bisa menang. Aneh inikan,” ucapnya dengan nada suara bersemangat.

Kata fenomenal memang pantas disematkan pada kesuksesannya kali ini. Fenomena Tagore Abubakar juga menjadi pembicaran hangat di kalangan masyarakat. Di kedai-kedai kopi, nama Tagore membahana mewarnai bahasan ringan orang-orang yang duduk santai mengisi hari, sembari meneguk citarasa dari segelas kopi yang tersaji.

Banyak pendapat menyeruak. Bahwa kesuksesan Tagore sangat terkait dengan sosok dan ketokohannya di mata masyarakat. Kehadiran figur seorang politikus handal sekaliber Tagore Abubakar di tengah masyarakat Gayo, seolah tak tergantikan. Tagore diharap dapat membesarkan nama Gayo di tingkat nasional. Membuka harapan masyarakat di wilayah tengah dalam misi memperjuangkan kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik  “Kalau kita analisa, masyarakat kita memang sudah sangat menginginkan perubahan. Saudara saya masyarakat pesisir yang ada di kota Takengon juga memilih saya,” ujar Tagore.

Pencapaiannya pada pemilu kali ini, berhasil membuktikan kapasitas dirinya yang belakangan diragukan sejumlah pihak. Pria kelahiran Takengon 20 April 1954 ini, awalnya merupakan kader sekaligus petinggi Golkar di Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Tagore tercatat pernah menjabat Wakil Ketua DPD II Golkar Aceh Tengah periode 1993-1998 dan menjabat sebagai ketua pada periode  1998-2003. Kemudian ia melanjutkan kiprah politiknya di Bener Meriah yang juga dipercaya sebagai Ketua DPD II Golkar Kabupaten Bener Meriah, untuk periode 2003-2013.

Bersama partai berlambang pohon beringin itu, Tagore kemudian menduduki sejumlah jabatan srtategis di dua kabupaten bersaudara ini. Seperti jabatan Wakil Ketua DPRD Aceh Tengah periode 1999-2004, Ketua DPRK Bener Meriah 2004-2007, dan terakhir menduduki jabatan sebagai Bupati Bener Meriah periode 2007-2012.

Pada pertengahan tahun 2013, ia mengalami masa sulit bersama Golkar. Tagore menyebut dirinya dan Golkar sudah tidak lagi memiliki pandangan yang sama. Ketidakharmonisan yang terjadi juga membuat nama Tagore tidak masuk dalam daftar calon Golkar untuk DPR-RI di pemilu tahun 2014.

Hal itu membuat Tagore “Berang” dan memutuskan hengkang dari partai yang pernah berkuasa penuh di era orde baru itu. “Saat keluar dari Golkar saya katakan, bahwa sistem dan tatakelola Golkar saat ini sudah keliru,” ujar  Tagore usai memutuskan mundur dari Golkar pada pertengahan tahun 2013.

Tak mau lama berdiam diri, Tagore kemudian merapat ke PDI Perjuangan. Bukan tanpa alasan. Tagore menyebut PDI-P sebagai rumah lama, tempat ia harus kembali. Ia rupanya menyimpan kenangan lama dalam catatan garis riwayat hidupnya tentang partai yang kental mengusung ideologi Soekarno itu. Dalam sejarah tersendiri, keperibadian dan karakter seorang Tagore Abubakar di kancah politik tak terlepas dari latar belakang keluarga dan orangtuanya yang merupakan pengurus PNI (PDI-P sekarang) di era tahun 60-an.

Tagore mendeklarasikan pencalonan dirinya menuju DPR-RI dari PDI Perjuangan pada 23 Mei 2013, di Takengon. Saat itu pula, ia kembali menyebut kekeliruan Golkar “membuang” dirinya. Pemungutan suara 9 April lalu, akhirnya membuktikan apa yang berani diucapkan oleh sosok frontal ini. Golkar seolah telah “membuang” lumbung suaranya sendiri untuk dihadiahkan secara cuma-cuma kepada PDI-P.

Tagore membuktikan kapasitas dirinya yang tak pantas dipandang sebelah mata. Ia hampir saja menyapu bersih perolehan suara di TPS-TPS di Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Ketidakmaksimalan dirinya di masa kampanye pemilu, ternyata tidak memiliki pengaruh apapun untuk menghambat langkahnya. Hal itu tidak lain dikarenakan sosoknya yang telah sejak lama dikenal oleh masyarakat di kedua kabupaten itu.

Seluruh perolehan suara murni atas nama calon bernomor urut 6 ini. Karena suara yang diberikan pemilih untuk partai (PDI-P), tak lebih dari 10 persen. Bahkan yang paling fenomenal lagi adalah sapu bersih perolehan suara oleh Tagore di 4 kecamatan di Bener Meriah yang melebihi 90 persen.  Dari 10 kecamatan yang ada di Bener Meriah, nama Tagore benar-benar berjaya di 4 kecamatan tersebut.

Hasil hitung sementara telah membuka harapan besar untuk Tagore dapat melenggang ke senayan. Namun, penghitungan resmi dari KPU adalah penentunya.

Untuk itu, Tagore berharap kepada masyarakat untuk tetap mengawal jalannya pemilu hingga akhir. Agar semua tahapan dapat berjalan lancar, tanpa ada kecurangan yang mungkin dilakukan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.

Tagore mengaku tetap setia memendam asa untuk dapat membawa kesejahteraan dan perubahan hidup yang lebih baik bagi masyarakat di daerahnya.

Dengan adanya pembagian Dapil Aceh -II untuk DPR RI ini, dimana kans putra daerah terbuka lebar, jika terpilih, Tagore Abubakar akan menjadi orang pertama dari kawasan Aceh Tengah ataupun Bener Meriah, yang akan berkiprah memperjuangkan kesejahteraan masyarakatnya di parlemen tingkat tinggi DPR-RI. (Muhadi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments