Takengen | Lintas Gayo – Muzakir Manaf keliling Aceh. Muallem tegas dan mengkritisi pembangunan yang bersumber dari dana Otus. Wakil gubernur Aceh ini “marah” ketika melihat dari dekat proyek yang dikerjakan.
Bagaimana dengan Aceh Tengah? Penulis tersentak dengan sikap Muallem. Teringat dengan program pemerintah Aceh yang akan membangun rumah sakit refresentatif untuk wilayah tengah ini.
Gaungnya sudah ada sejak 2009. Namun sampai kini lokasinya bagaikan rumah hantu. Tidak terurus. Pembangunanya juga tidak kontinu. Dana yang sudah dikeluarkan sampai 2014 lebih dari 30 milyar.
Itulah gambaran pembangunan rumah sakit dengan dana Otsus Aceh di Kabupaten Aceh Tengah. Rumah sakit itu tidak akan selesai dibangun dalam kurun waktu 15 tahun. Sementara bangunan yang sudah ada dibakar matahari dan disiram hujan.
Ada apa dengan RSU yang menjadi “sarang hantu” ini? Rumah sakit dengan konsultan nasional ini merupakan rumah sakit tahan gempa. Untuk merampungkan RSU di Blang Bebangka, Kecamatan Pegasing ini, membutuhkan biaya Rp 120 milyar (perkiraan tahun 2009).
Dananya bersumber dari Otsus Provinsi Aceh. Namun pemerintah Aceh tidak serius membangun rumah sakit rujukan ini. Pada tahun 2010 anggarannya hanya Rp 8 milyar, kemudian setahun selang berhenti, dan dilanjutkan kembali dengan dana Rp 8 milyar.
Lima tahun sudah berjalan pembangunanya, kondisinya masih sangat memprihatinkan. Belum mencapai 25 persen dari target. Sementara di lain sisi pemerintah Aceh tidak mampu menghabiskan biaya pembangunan dan dikembalikan ke pemerintah pusat yang jumlahnya ratusan milyar.
Mengapa pemerintah Aceh mengembalikan dana kepemerintah pusat dalam setiap tahunnya? Mengapa tidak memprioritaskan pembangunan yang dibutuhkan masyarakat wilayah tengah ini (RSU rujukan Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah dan Nagan Raya). Mengapa nilai pembangunanya dicicil. 15 Tahun juga belum tentu selesai.
“Maaf bukan wewenang saya untuk memberikan komentar. Saya juga sudah sampaikan kondisi lapangan tentang rumah sakit rujukan ini,” sebut dr. Hardi Yanis, kepala RSU Datu Beru Tekengen, ketika ditanya Waspada. Hardy mengakui pembangunannya sangat lamban, karena dana terbatas.
“Kalau dananya seperti ini hitung saja, 10 tahun lagi belum tuntas pembangunan rumah sakit ini,” sebutnya.Pihaknya juga merasa kurang nyaman dengan kondisi pembanguna RSU ini. Persoalan itu sudah disampaikan kepimpinan, agar rumah sakit rujukan wilayah tengah Aceh ini, dapat secepatnya dinikmati masyarakat.
Menurut Hardy, dia mendapat keterangan dari provinsi, tahun depan pembangunanya akan dibantu oleh donor dari Jerman. Ada beberapa rumah sakit di Aceh yang akan dibantu Jerman,” jelas Hardy.
Diperkirakan bila Jerman serius membantu, dalam dua tahun ke depan RSU rujukan ini sudah dapat difungsikan. “Kepastiannya saya tidak tahu, saya juga dapat informasi,” sebutnya.
Waspada yang mengecek keadaan lokasi di RSU Blang Bebangka, Kecamatan Pegasing, tidak berhasil mengelilingi kawasan bersemak belukar ini. Bukan hanya kesan seram, dipenuhi walet, namun Waspada menemukan seekor ular yang melintas cepat tidak jauh dari arah Waspada mengambil gambar.
Rumah sakit tahan gempa ini, pada perhitungan anggaran tahun 2009 diperkirakan menelan biaya Rp 120 milyar. Namun seiring dengan pergerakan kenaikan harga barang, otomatis nilai pembangunannya juga akan naik. Bila hanya mengandalkan dana Otsus yang disetujui Pemerintah Aceh setiap tahunnya berkisar antara Rp 8 milyar, otomatis 10 tahun lagi RSU ini belum dapat difungsikan.
Benarkan donator Jerman akan mempercepat pembangunan RSU yang sekarang kesanya bagai rumah hantu ini, Waspada belum mendapatkan keterangan resmi. Dalam tahun ini, proyek pembangunan RSU itu masih berjalan, sesuai dengan tahapan anggaran Otsus Aceh. (Bahtiar Gayo/ Waspada edisi Jumat 5 September 2014)
berita terkait” Ahirnya RSU Sarang Hantu Dibangun Jerman