Saya selalu merindukan desa Arul Kumer Kecamatan Silih Nara Kab. Aceh Tengah, karena saya dilahirkan, dibesarkan dan didik di sana. Saya dapat hidup karena oros (beras) Arul Kumer, wih (air) Arul Kumer, taruk Jepang (Pujuk Jepang) Arul Kumer, Terongganggur (Terong Belanda) Arul Kumer dan seterusnya. Namun sayang seribu sayang, desa yang telah membesarkan saya sedang dirundung kemalangan. Adapun kemalangan-kemalangan yang sedang dihapi saat ini, meliputi :
Bidang Agama.
Secara administrative kepemerintahan desa Arul Kumer, yang dulunya satu yaitu Arul Kumer, kini telah menjadi empat desa yaitu; Arul Kumer induk, Arul Kumer Timur, Arul Kumer Barat dan Arul Kumer Selatan. Yang disayangkan dalam hal ini adalah desanya mesjidpun ikut mekar. Akibatnya ada beberapa mesjid yang rancangannya besar, hebat dan mengah kini sudah ketunellen (pondasi dan tiangnya saja yang berdiri).
Di samping itu, seharusnya semakin banyak mesjid, berarti semakin banyak jamaahnya. Tapi, nyatanya tidak, justru jamaahnya semakin sedikit.
Saya sendiri tidak mengerti, kenapa musti mesjidnya ikut dimekarkan ? padahal islam menyuruh ummatnya untuk bersatu. Ummat islam itu harus bersatu supaya kuat. Bullet lagu umut terus lagu gelas.
Bidang Sosial.
Perjudian merajalela. Apa saja yang diperjudikan ?
- Judi uang. Ada sekelompok orang yang bersama-sama mengelar perjudian secara langsung di suatau tempat, atau pada tempat yang telah disepakati.
- Judi bola. Hampir setiap pertandingan sepak bola yang digelar di Arul Kumer ada perjudian di dalamnya. Awalnya saya heran, kenapa setiap pertandingan ada pemain bayaran, saya berpikir dari mana uangnya ? ternyata pemaian bayaran itu dibayar melalui hasil perjudian. Oleh karena itu, banyak club yang mengatasnamakan Arul Kumer tetapi pemaiannya dari luar.
- Judi pememilih pimpinan desa. Ternyata di desa Arul Kumer pemilihan kepala desa, imem desa bahkan kepala lingkungan tidak luput dari mapia perjudian. Luar biasa, sehingga ada pimpinan yang terpilih tidak sesuai dengan harapan, dan beberapa bulan terpaksa diberhentikan oleh yang berwewenang akibat ketidak mampuannya dalam memimpin desa. Sanggat-sangat sadis memang, pemilihan imem desapun diperjudikan. Itulah Arul Kumer ku saying, Arul Kumer ku malang.
- Bidang Politik. Kurang lebih 1.800 (seribu delapan ratus) pemilih Arul Kumer yang berhak memilih. Seharusnya, paling tidak ada 1 (satu) orang sebagai wakil rakyat yang diutus oleh Arul Kumer ke DPRK Aceh Tengah. Nyatanya tidak. Nasib-nasib. Apakah tidak ada orang yang pintar di sana, jawabannya kelebihan orang pintar, sehingga banyak yang berkeinginan alhasil satupun tidak jadi.
Fenomena yang saya cermati adalah :
- Ada uang ada suara, ada uang ada saudara. Ngak ada uang berarti ngak ada suara dan ngak ada saudara. Ukurannya adalah uang-uang dan uang.
- Tidak boleh ada yang naik. Saling jegal menjegal, saling mencemeoh, saling menjatuhkan, hal itu adalah bagian dari perpolitikan yang merambah bak Gurita di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Mereka tidak rela kalau ada saudaranya yang akan terpilih. Oleh karena itu, ada yang berprinsip saya maju bukan untuk memang, tetapi untuk kalahnya-pun jadi. Yang penting maju.
- Sulit dipercaya. Siapa yang mau kita percayai, sulit untuk menemuinya. Jadi Arul Kumer kehilangan kepercayaan. Oleh karena itulah, banyak calegnya tapi satupun tidak terpilih.
Faktor Penyebab.
Kehilangan kepercayaan terhadap tokoh masyarakat dan agama.
Apakah fenome masyarakat Arul Kumer di atas, tidak diketahui oleh tokoh masyarakat dan agama, atau mereka pura-pura tidak tahu, atau karena mereka adalah bagian dari hal itu. Jawabannya ada sama mereka. Padahal tokoh agama dan masyarakat banyak di sana, malah ulama pesantrenpun ada. Di samping itu, kegiatan keagamaanpun ada, seperti kuliah subuh, pengajian di pesantren, pengajian di guru gaji, dan lain-lain. Tetapi kenapa sebegitu parahnya kondisi Arul Kumer saat ini ? saya sangat-sangat perihatin. Siapa yang menangung akibat dari semua ini. Sadar-sadar dan sadarlah, mari kita bangkit sekarang untuk kemajuan Arul Kumer yang kita cintai.
Mementingkan individu atau kelompok.
Hidup berkelompok-kelompok. Yang ini kelompok si-polan, yaitu kelompok si-anu. Jadi, masing-masing sudah punya kelompok, yang merasa bahwa kelompoknya yang paling benar, hebat dan pemenang. Kelompok-kelompok seperti ini mewabah kesemua lini kehidupan. Termasuk sinte mate, alhasil dalam pembacaan tahtim dan tahlil saja, dalam waktu yang sama, tempat yang sama bisa terjadi dua atau tiga kelompok. Apakah hal itu, yang diajarkan Rasulullah ? jawab-jawab dan jawab oleh saudaraku. Anehnya, masing-masing kelompok ini mematok kelompoknyalah yang paling benar.
Harapan kedepan.
Tokoh agama dan pimpinan desa harus bersatu.
Mari satukan barisan, hilangkan egois, cemburu, kepentingan kelompok dan pribadi. Utamakan persatuan dan kesatuan. Sebab, kalau dikalangan tokoh agama dan pimpinan desa tidak bersatu, maka tidak akan pernah lahir kembali Arul Kumer yang dulu, bersatu, bermartabat dan melahirkan tokoh-tokoh agama (ulama).
Jadi, untuk membangkitkan desa Arul Kumer yang terpuruk saat ini, maka langkah yang pertama adalah tokoh agama dan masyarakat harus bersatu. Hilangan pertentangan, utama kesatuan. Jangan egois masing-masing menganggap dirinya paling benar, paling pintar, paling hebat dan lain sebagainya.
Di samping itu, hilangan saling menyalah pendapat dalam menjalankan ajaran agama. Beri contoh dan keteladanan yang baik sama masyarakat.
Berantas perjudian.
Tokoh agama, pemuda, pimpinan desa harus bersatu memberantas perjudian, apabila perlu libatkan aparat keamanan.
Perjudian merajalela mengakibatkan runtuhnya nilai-nilai agama dan tatanan kehidupan ditenggah-tengah masyarakat Arul Kumer. Sebab, coba bayangkan betapa jahilnya perjudian, sampe-sampe pemilihan pimpinan desa saja diperjudikan. Luar biasa.
Pada zaman jahiliyah, ada seorang ibu hamil lewat di depan para penjudi, lalu mereka berkata, apakah jenis kelamin anak yang dikandung oleh ibu hamil itu ? lalu mereka berdebat, menurut aku anak yang dikandung ibu adalah laki-laki, menurut-ku anak perempuan. Kalau begitu ayuk kita taruhan. Alhasil mereka berjudi. Kemudian ditangkap ibu hamil itu, lalu mereka belah perutnya untuk membuktikan apakah anak yang dikandungnya laki-laki atau perempuan. Bigitulah kejamnya perjudian di zaman jahiliyah itu. Apakah kitapun mau seperti itu ?
Tegakkan nilai kekeluargaan.
Runtuhnya nilai-nilai kekeluarkan. Nilai kekeluargaan di desa Arul Kumer sangat tipis. Nilai keluarga hanya berlaku ketika hajatan pernikahan, hitanan, turun mani, dan lain-lain. Selebihnya, hanya sekedar dibibir saja.
Banyaknya terjadi perselisihan antara keluarga menyebabkan runtuhnya nilai-nilai keakraban di dalam keluarga. Penyebab utamanya adalah karena harta, baik harta warisan atau harta pencaharian.
Pemerintah daerah harus turun tangan.
Menurut penulis, dan sekaligus menghimbau karena penulis adalah putra asli Arul Kumer, kepada pemerintah daerah untuk mengatasi persolan-persoalan yang ada di Arul Kumer, sehingga Arul Kumer yang kita cintai dapat bangkit dari kemalangan ini.
Iktibar
Mungkin fenomena desa yang saya kemukakan di atas, merupakan salah satu cerminan dari desa-desa yang ada di kota Takengon umumnya. Oleh karena itu, mari kita cermati masing-masing desa kita. Apakah seperti itu atau tidak ? mari kita teliti desa kita masing-masing. Selamat mencermati. Kalau seandainya YA, maka ALAMAT kiamatlah TAKENGON.
Akhirnya, saya ucapkan terimkasih dan salam hormat saya buat seluruh masyarakat Arul Kumer. Mari kita bangkit, mari kita bersatu, tegakkan persatuan dan raih kemenangan. (salam.ist)
Penulis : Putra Asli Desa Arul Kumer dan Konsultan Pendidikan
kampung judi