Workshop Saman di ISI Berjalan Lancar

Lintas Gayo | Yogyakarta – Alhamdulillah workshop Saman di ISI pada hari ini berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Para peserta yang berjumlah 33 orang sangat antusias mempelajari sejarah, bentuk gerakan, dan syair-syair Tari Saman. Meskipun mengaku tingkat kesulitan Tari Saman ini cukup tinggi, mereka mampu bertahan dalam workshop selama 4 jam, menolak istirahat, bahkan membuat panitia meminta perpanjangan waktu.

Gaya Gayo gelar Workshhop Tari Saman

Memang mayoritas peserta workshop Tari Saman adalah perempuan, sebab dari sekian banyak mahasiswa jurusan Tari ISI Yogyakarta, hanya sekitar 1 % yang berjenis kelamin laki-laki. Oleh karena itu, praktek di dalam workshop juga dilakukan oleh perempuan. Hal ini tentu tidak menjadi masalah sebab para peserta inilah -terlepas apapun jenis kelaminnya- yang nantinya membantu regenerasi Saman dengan mengajarkan bentuk Saman yang mereka pelajari hari ini.

Pada kesempatan ini, peserta juga mempelajari syarat-syarat mengapa Saman harus ditarikan oleh laki-laki dan berbahasa Gayo. Mereka bisa melihat perbedaan antara Tari Saman dengan tarian-tarian serupa yang berasal dari Provinsi Aceh, dan menyepakati pentingnya menggali asal-usul sebuah tarian dengan mengenal tradisi di tempat asalnya. Yang juga menggembirakan, mereka sangat tertarik dengan keindahan baju kerawang yang dipakai sebagai kostum Saman.

Workshop dibuka dengan pengantar Tari Saman oleh Joel Tampeng, lalu pengenalan istilah-istilah dalam Saman oleh Talib, dan pengenalan kostum oleh Abdi. Setelah mengetahui sekilas teorinya, peserta dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing dipimpin oleh satu orang pelatih, yakni Rasidin Arthu, Abdi Yasni, dan Abdul Muthalib. Masing-masing kelompok diajarkan 3 macam laguSaman dan dua macam jangin.

Saat mempelajari gerakan, daya tangkap peserta sangat baik sehingga tidak ada kendala yang berarti. Tantangan mulai semakin berat ketika mereka harus menghapal lirik dalam bahasa Gayo yang sangat asing. Pada akhir workshop, setiap kelompok mempertunjukkan hasil latihannya di hadapan para peserta lain dan beberapa dosen tari ISI yang mendampingi.

Hasilnya cukup mengejutkan, walaupun belum rapi dan sempurna, semua peserta dapat menarikan Saman dengan tangkas dan melantunkan syairnya dengan indah. Padahal peserta berasal dari berbagai daerah. Hal ini membuktikan nilai-nilai Saman yang universal, sebagaimana tercantum dalam persyaratan UNESCO untuk Warisan Budaya Tak Benda.

Saman kini telah menjadi milik dunia karena begitu banyak orang yang mencintainya. Masyarakat Indonesia pada umumnya dan Gayo khususnya memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjaga keberadaan Saman dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. hari ini satu generasi akademisi telah mendapat pengetahuan yang benar tentang Saman, semoga kelak mereka menjadi agen regenerasi yang menularkan pengetahuannya hari ini.

Target workshop untuk meluruskan pengertian dan penamaan tari Saman di satu institut telah tercapai. Masih banyak lagi institusi pendidikan, rumah budaya dan sanggar-sanggar kesenian di seluruh dunia yang belum tersentuh informasi tersebut. Semoga Gaya Gayo mendapat respn baik di berbagai lapisan agar terus dapat bergerak melestarikan kesenian tradisi Nusantara. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.