Kado Ramadhan Dalam Tangis Rohingya (2)


aprianiOleh : Apriani

“ Itu udah kewajiban kita kali Buge” kata Munthe sambil tersenyum, entah bahagiakah itu atau senyuman kesedihan. Namun terbesit kedua-duanya dalam suguhan secuil tawa itu.

“ Kamu mau makan apa biar sekalian aku belikan,” tanya Buge lagi sebelum beranjak dari balik tenda.
“ Makan apa yang ada disini aja”.
“ Tapi kamu dari tadi gak makan”.
“ Karna belum laper aja”.
“ Tapi ntar kamu gak suka sama makanan sini.. beda lho sama masakan sendiri hehe”.
“ Mereka aja bisa nikmatin, kok aku yang sehat gak bisa. Hehe”

“ Munthe.. Munthe … titip apa mungkin?”
“ Aku titip permen aja, soalnya lidah aku suka pahit disini”.
“ Ok , aku pegi dulu.. assalamualaikum”.
“ waalaikum salam.. hati-hati ya..”.

Malam kian larut, sudah menunjukkan pukul 11: 49 malam, namun para relawan yang berangkat ke kota lhoksukun seminggu lalu ini belum merasakan kantuk. Padahal sudah seminggu ini mereka cuma tidur hanya 3 jam .

Mereka berkumpul dibelakang perkemahan, membicarakan hal yang penting untuk selanjutnya dalam rapat mereka yang beranggotakan 15 orang.

“ Mereka juga perlu bantuan logistik Ran, bukan hanya sekedar finansial” usul Cut pada Rani yang bergerak dalam bidang pendataan dana yang mereka dapat untuk membantu saudara semuslim ini.

“ Iya Cut, begini teman-teman, kami juga sudah dapat info kalau banyak sekali yang telah mendonasikan bantuan mereka, dan aparat disini akan melengkapi perlengkapan logistic mereka, saya tadi juga dapat telepon dari pimpinan Ruman Aceh, yang telah mendapat sumbangan dari saudara kita yang tinggal di Abu Dhabi, medan dan dari Aceh sendiri.. sebahagian mereka ingin menyumbangkan kebutuhan primer seperti pakaian, selimut, bra, dan barang-barang lain yang mereka butuhkan,” jelas Rani panjang lebar.

“ Alhamdulillah ya Ran, teman-teman di kampus juga sudah mulai bergerak dalam membantu mereka, semoga aja banyak yang tergugah hatinya.. amin,” sambung Said.

“ Alhamdulillah , trus selanjutya bagian pangan gimana? Apa ada kendala,” tanya Rian yang membimbing para volunteer.

“ Kalau masalah dapur kendala cuma ada pada makanan yang kita sajikan, kadang saya sebagai ketua konsumsi bingung mau menyajikan apa, karna saya tidak tahu mereka seleranya apa. Seminggu ini hanya menyajika makanan yang sama, susu, nasi, bubur, sayuran dan buah-buahan. Apa mereka suka?” sanggah Santi.

“ Kalau menurut saya masalah makanan masih fine fine aja.. yang penting disuguhkan bergizi dan bisa mningkatkan stamina mereka . Jangan liat kemewahannya, tapi kesederhanaan yang membuat mereka sehat . toh mereka adalah orang-orang yang bersyukur,” jawab Ikhlas, wakil pimpinan sukarelawan dari kampus UIN Ar-Raniry ini.

“ Iya sih tapi menjaga amanah itu susah ya,” keluh Santi.
“ Tapi masakan Santi dan teman-teman konsumsi enak banget lho,” puji Sultan.
“ Ah si tukang makan mah apa aja enak” ejek Daus yang jahil sambil melempar ranting kecil ke pangkuan Sultan.

“ Aku serius kali” kata Sultan meringutkan pipinya yang cabi.
“ Dasar kurus sok imut yang gak mau gemuk,” sambung Lili dengan menjulurkan lidahnya tanda mengolok Sultan.

“ Sudah- sudah,” Rian menetralkan candaan mereka.
“ Kalau bagian PMI gmana?” Tanya Rani
“ Alhamdulillah sih lancar. Cuma kadang obat-obat ringan seperti obat sakit perut dan kepala cepat habis stoknya,” jelas Buge.

“ Kalau bagian donor darah banyak yang ikut berpartisipasi kalau masyarakat sini, ramah ramah dan suka menolong,” puji Munthe.
“ Iyalah, namanya juga masyarakat Aceh,” kata Daus.
“ Iyalah… o, ia Munthe masih sering ke kamp anak-anak,” tanya Rian.
“ masih kok Kak .“
“ Tapi jangan sering-sering ya.. kan Munthe harus jaga posko PMI nya”.
“ Tapi Munthe udah bilang sama Kak Hadi kalau Munthe jaga kamp anak-anak aja kak, kan Munthe belum faham sekali tentang donor darah,” Munthe beralasan. “ Walaupun bukan Dokter tapi kan Munthe udah magang tahun lalu dan sudah lewat seleksi penyuntikan dan pengontrolan psikolog,” kata Rian setengah bertanya.

“ Iyasih kak, kan Munthe lebih suka dibagian Psikolog, makanya Munthe mau sama anak-anak aja. Toh mereka lucu-lucu hehe” jelas Munthe. Anak semester 2, paling muda diantara relawan lain yang sudah semester 8. Mungkin Buge juga masih satu semester dengannya namun umur Buge 2 tahun diatas Munthe yang sangat cepat masuk sekolah . Jadi mereka masih wajar jika Munthe kadang bersikap dewasa dan lebih sering mengeluarkan sikap manja kekanak-kanakannya.

“ Ya sudah kalau gitu.. “ kata Rani tertawa melihat Munthe yang tersenyum manis
“ O. ya guys jam sudah pukul 01 kurang 5 menit. Saya sarankan segera istirahat, jangan sampai relawan sakit.. gak lama lagi kita bakal ganti dengan relawan lain. Jadi usahan kita memberikan yang terbaik dalam waktu singkat ini” ujar Rian mengakhiri rapat malam ini. (Bersambung)

Penulis : Mahasiswi Jurusan : Pendidikan Kimia, Universitas UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.