Mersah Padang, Masa Depan dan Sejarah

Mersah-PadangTakengen| Lintas Gayo – Mersah Padang (MP), sebuah nama menasah tua yang berdiri di jantung kota Takengon, Mersah artinya menasah sementara Padang diadobsi dari suku Padang.

Nama “padang” diambil karena saat mendirikan mersah Padang pada tahun 1897 (Masa penjajahan kolonial Belanda) merupakan ide para pedagang yang berasal dari Padang-Sumatra Barat. Seperti dituturkan oleh Irvan Rasyid, seorang tokoh muda padang kepada media ini di Kota Takengon Rabu 27-11-2013.

Irvan mengatakan pembangunan Mersah Padang merupakan swadaya Masyarakat Minang dengan penduduk setempat diseputaran pasar bawah dan Kampung Baru.“ jadi tidak mutlak hanya warga padang saja, termasuk masyarakat Gayo dan Aceh” Sebut Irvan.

Irvan yang juga anak kandung Datuk gembira, salah seorang pengurus MP, mengatakan mersah bersejarah itu pernah dikunjungi oleh Buya Hamka dan Bapaknya (Abdul Malik Karim Amrullaj) pada thn 1932 dan 1939. Waktu itu Buya Hamka sempat bertemu dengan tokoh dan ulama Aceh Tengah di Mersah tersebut.

Dalam sejarahnya  MP juga salah satu tempat berhimpunnya para tokoh-tokoh ulama Aceh Tengah dulunya, seperti Tgk. Mohd. Ali Djadun, Tgk. Abbas (Alm), Tgk Djali (Alm) dan  Tgk Ilyas Lebee (Alm) yang juga pernah menjadi aktifis MP.

Kini MP sedang direnovasi agar bisa menampu jamaah lebih banyak, namun beberapa jamaah sekitar menginginkan bentuknya tetap serupa dengan sebelumnya.”Mersah yang  berada di “Bibir” Aliran sungai krung pesangan ini tetap dipertahankan ciri khasnya, seperti kubah mersah dan kontruksikan bangunan yang mempergunakan kayu”, Jelas Irvan

Alasan mempertahankan konstruksi bangunan yang terlihat sederhana, menurut Ivan memiliki makna dan nilai historis, diantaranya karena menghargai bahan bangunan yang sebelumnya merupakan sedekah dari banyak orang. selain itu, bentuk kubah yang dipertahankan merupakan permintaan pengurus MP, karena pengurus merasa itu menjadi kekhasan dari bentuk mersah padang.

Irvan menambahkan, Pengurus juga ingin agar Mersah padang tetap menjadi kenangan buat generasi yang akan datang bahwa Mersah Padang itu adalah salah satu mersah tertua di seputaran kota.

Dalam sejarahnya MP sudah tiga kali di renovasi (diperbesar) tahun 1939, kemudian pada 1977 (pasca terbakarya pasasr ikan), dan renovasi tahun 2013 ini yang sebagian besar bersumber dari dana aspirasi Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah sebesar Rp. 500 juta.

Namun menurut Irvan, pihaknya masih membutuhkan dana tambahan untuk memenuhi kebutuhan MP. “Selain renovasi bangunan mersah ini juga membutuhkan Karpet, lemari penyimpanan Quran, Sound System, Genset, Watter Pump dan pagar”, kata Irvan sembari mengharapkan adanya sumbangan dari kaum muslimin lainnya untuk mempercepat rehabilitasi mersah tersebut. (Rel)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.