Oleh: Zulkifli
Wajah Pendidikan Kita
Dunia pendidikan di Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan, catatan-catatan hitam dunia pendidikan di Indonesia kian hari kian bertambah bukan malah berkurang, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh para penguasa yang berkuasa di arena pendidikan seakan-akan terus membuat catatan hitam, entah sampai kapan situasi ini akan berhenti, kebijakan-kebijakan mereka bak sebuah bom atom yang siap menghancurkan bangsa ini.
Bangsa ini terbentuk dan bertahan karena seumber daya manusia yang ada adalah sumber daya manusia yang terdidik yang memahami arti kemerdekaan, dan memahami betul perbedaan antara yang baik dan yang buruk, pehaman ini sekali lagi didapat karena manusianya adalah manusia yang terdidik yang mendapatkan pendidikan.
Pendidikan merupakan unsur mutlak dalam pembentukan Negara, namun apa yang terjadi belakangan ini mungkin masih panas di telinga kita tentang amburadulnya pelaksanaan UN di Indonesia, meskipun di Aceh sendiri tidak berdampak secara signifikan seperti di daerah Indonesia bagian tengah, namun ini bukanlah sebuah kebanggaan yang harus kita banggakan secara mutlak, karena pelaksanaan UN di Aceh sendiri tidak luput dari banyaknya cacat seperti kecurangan yang dilakukan sekolah tertentu, dengan memberikan bantuan jawaban kepada peserta ujian, tidak usah susah untuk membuktikannya, hal ini dapat kita buktikan dengan memberikan soal yang sama kepada peserta ujian nasional untuk mengerjakan soal itu kembali dengan pengawasan yang ketat, maka saya berani jamin hasil yang didapatpun akan sangat berbeda, bahkan jauh merosot.
Oleh karena itu, ini hendaknya kita jadikan sebagai pelajaran, bahwa pemerintah kurang perhatian dan kurang serius dalam memajukan pendidikan bangsa ini. Pendidikan saat ini seperti perang mempertahankan nama baik, Kemendikbud mempertahankan nama baiknya di mata presiden, masyarakat dan dunia Internasional secara umum, sehingga kebijakan yang diambilpun berdasarkan nafsu, dan seolah-seolah keputusan sepihak, begitupun dengan kepala sekolah mempertahankan nama baik sekolah, sehingga segala macam cara dilakukan, agar nama sekolah tetap harum, meski sebenarnya mereka membuka bangkai sendiri di hadapan murid-muridnya, kepercayaan inilah yang sepertinya sangat melekat didunia pendidikan kita saat ini.
Kurikulum 2013, Masalah Baru
Permasalahan yang akan segera kita hadapi dalam dunia pendidikan adalah penerapan kurikulum 2013 yang akan segera di terapkan di seluruh Indonesia, ini merupakan masalah serius yang kita hadapi, kurikulum 2013 yang jelas-jelas belum dipahami oleh banyak guru, baik itu guru-guru di ibu kota yang dekat dengan pemerintah maupun guru-guru yang ada di pelosok diseluruh Indonesia.
Kalau guru saja belum paham dan mengerti tentang kurikulum 2013 bagaimana mungkin untuk menerapkan kurikulum tersebut? Ini pertanyaan yang mestinya dijawab secara serius oleh pemerintah. Pemerintah berdalih akan segera memberikan pelatihan-pelatihan kepada guru untuk memperkenalkan kurikulum 2013, namun kenyataannya sampai saat ini termasuk guru-guru yang ada di Aceh baru sebagian kecil yang mendapat pelatihan itu.
Perubahan dari kurikulum KTSP ke Kurikulum 2013 sebenarnya bukanlah menjadi sebuah jawaban dan solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, perubahan kurikulum ini kadang membrobrokkan pendidikan ke dalam jurang kehancuran. Apalagi begitu banyak guru-guru di Madrasah yang akan kehilangan mata pelajarannya, mareka mau mengajar apa bila mata pelajaran di hapus?
Dalam pidatonya pada hari pendidikan tanggal Dua Mei 2013 yang lalu, Menteri Pendidikan M. Nuh mengungkapkan bahwa kurikulum 2013 hanya diberlakukan pada kelas 1 dan 4 untuk tingkat SD dan tujuh untuk tingkat SMP serta kelas 10 untuk tingkat SMA, ini jelas akan membuat repot guru yang mengurus dua kurikulum sekaligus, belum lagi ditambah banyaknya guru yang memegang dua mata pelajaran dan dua kelas sekaligus dalam satu sekolah, lebih lanjut M Nuh Mengatakan: “Kurikulum 2013 ini dirancang untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Hal ini penting dalam rangka antisipasi kebutuhan kompetensi abad 21 dan menyiapkan generasi emas 2045” Ungkapan ini mengundang decak tawa, bagaimana tidak M. Nuh mengatakan tentang peningkatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan, namun kenyataannya guru malah di batasi kreativitasnya untuk mengajar, nah kalau gurunya saja dibatasi kreativitasnya bagaimana mungkin kita akan memiliki lulusan yang memiliki kompetensi pengetahuan dan keterampilan secara utuh.
Tidak dapat dipungkiri perubahan kurikulum 2013 sarat dengan permainan politik mereka yang berkuasa diatas sana, dengan segala macam dalih membuat kebijakan-kebijakan dan perubahan tersebut, padahal kita pun yang sudah pandai dan mengabdi untuk bangsa hari ini Cuma berbekalan CBSA, KBK, atau kurikulum KTSP.
Oleh sebab itulah melalui tulisan ini saya mengajak pemerintah daerah beserta para guru khusunya guru yang berada di Aceh, mari kita mengkaji ulang tentang penerapan kurikulum 2013 yang akan diterapkan tahun ajaran depan ini, agar pendidikan yang ada di Aceh terbebas dari unsur politik segala pihak, apalagi Aceh daerah pasca konflik. Menata dimana yang masih kurang dalam pendidikan itu lebih baik daripada merubahnya.
Penulis adalah Salah seorang Siswa Sekolah Demokrasi Aceh Utara
Email: joel_buloh@yahoo.com