Oleh : Aina Rezeki
Sore yang dingin awan berkabut hitam pertanda akan turun hujan. Di perjalanan pulang dari asrama, Lyni dan temanya Dewi, Yana dan Sabila pulang bersama menaiki speda motor. Dalam perjalanan yang melintasi pegunungan, dibalut hutan belukar, mereka kehujanan.
Pakaian basah kuyub, hidung sumbat, hingga berbicara- pun terdengar samar-samar, “Makan bakso yuk ?” ajak yana.
“Ide yang bagus, agar hidung kita terasa plong dan juga alarm perutku sudah berbunyi,” sahut dewi.
Bakso panas, membuat hidung mereka yang semula tersumbat akhirnya. Indra pencernaan mereka tidak lagi berdendang minta diisi. Walau basah kuyub, karena ruang tengah sudah terisi, mereka sepekat kembali ke rumah masing-masing.
Lyni masuk ke dalam rumah dan memanggil ibu, ternyata tidak ada seorang pun di rumah. Padahal Lyni sangat merindukan ibunya. Ia menelfon kakak perempuannya menanyakan dimana ibu.
Ternyata mereka semua sedang berada di kebun. Lyni mengganti pakaiannya yang masih basah. Keesokan hariny Lyni demam ,namun ia harus kembali ke asrama. Ibu dan ayahnya khawatir jika Lyni pulang ke asrama dengan keaadaan seperti itu. Lyni tetap bersikeras untuk pulang ke asrama karena hari selasa akan ada ulangan Matematika.
Keesokan harinya seperti biasa setiap hari senin ada upacara bendera, namun Lyni hanya istirahat di kelas dan di temani oleh beberapa temannya yang sedang piket. Lonceng berbunyi bertanda jam pelajaran pertama akan di mulai.
Lyni tidak seperti biasanya, tak sedikitpun nampak keceriaan pada raut wajah Lyni. Namun ia tetap bertahan, berusaha bangun dari rasa sakit yang menggoyong kepalanya. Dunia terasa gelap, matanya berkunang-kunang menahan sakit, namun semuanya sedikitpun tidak ditunjukan gadis ini kepada sahabatnya.
Syukur, ulangan ditunda hingga besok. Dengan demikian Lyni memiliki kesempatan menghadapi ujian dalam kondisi fit, dia akan belajar satu malam lagi, guna menyiapkan diri dengan ujian yang penuh dengan angka dan rumus ini.
Siang itu ia diantarkan oleh teman sekelasnya kembali ke asrama. Sahabatnya Dewi, Sabila dan Yana, ikut masuk ke kamar Lyni tempat dia selama ini berasrama. Tidak ketinggalan nasi bungkus buat gadis yang lagi sakit ini.
Setelah itu mereka kembali ke tempat tidur masing-masing. Lyni sangat berterimakasih kepada tuhan karena telah di beri teman yang sangat setia. Fajar pulang dan malam pun datang keadaan Lyni masih tetap belum membaik.
Malam itu kepala Lyni sangat terasa sakit, namun ia terus belajar dan belajar. Saat itu karena merasa kepalanya sangat sakit ia menelfon ibunya. Entah mengapa ibunya sangat merasa gelisah.
“ Lyni, kamu sepertinya ibu jemput saja karena jika kamu sakit, di sini ibu tak bisa tidur,” kata ibu Lyni.
“ Tidak bu, besok Lyni harus ikut ulangan,” tolak Lyni. Ibunya tetap membujuknya namun Lyni tak mau dijemput.
Keesokan harinya, sebelum pergi sekolah ibu menelfon Lyni dan menanyakan keadaan Lyni.
“Lyni setelah ulangan minta izin kembali ke asrama setelah itu ibu jemput ya.”.
Lyni menuruti kemauan ibunya, berangkatlah ia kesekolah walau sakitnya semakin berat. Dengan kesungguhan belajarnya, dalam waktu yang cepat ia dapat menyelesaikan semua soal.
Kemudian tertitis noda berwarna merah pada kertas ulangannya semua murid di kelas itu tercengang pada Lyni. Akhirnya Lyni izin kembali ke asrama kemudian, ibu menjemputnya dan membawanya pulang ke rumah.
Di perjalanan rasa sakit yang ada padanya tiba-tiba hilang ia memeluk ibunya dan mengatakan
“ Ibu, Lyni minta maaf, seharusnya Lyni mendengar kata ibu untuk di jemput”.
Namun ibunya hanya memeluk Lyni dalam mobil itu, rasa takut menyelimuti hati ibunya ia merasa akan ada sesuatu terjadi pada Lyni.
Lyni merasa bahagia berada dipelukan ibunya. Perlahan Lyni menutup mata dan beristirahat. Ibunya menangis tersedu-sedu karena yang ditakutkan ibu yang sudah melahirkannya terjadi .
Lyni sudah dibawa malaikat ke langit. Kini tinnggalah kertas ulangan matematika Lyni yang tertitis noda merah dengan nilai tertinggi di kelasnya itu. Teman-teman Lyni sangat tertekan mendengar berita tentang Lyni. Kertas ulangan Lyni di letakkan di mading sekolah yang di kenang sebagai “Pejuang Ulangan Matematika”.
Penulis adalah Pelajar SMA Negeri 4 Takengen.