oleh : Drs. H. Salim Wahab
Tari saman asal Gayo Lues, yang sebelumnya banyak menyedot perhatian dunia, mulai dari dinobatkannya sebagai warisan budaya tak benda, penyerahan sertifikat serta even 5.005 penari yang berlangsung di Stadion Seribu Bukit November lalu.
Namun, banyak versi tentang sejarah Tari Saman Gayo, mulai dari Syekh Saman yang menggunakan Tari saman sebagai media dakwah Islam, dan cerita- cerita rakyat lain yang berkembang di sepanjang hamparan Gayo, tentang saman.
Namun ada yang lebih unik, sepenggal cerita tentang Tari Saman, seperti yang dikisahkan oleh pakar Sejarah dan Budayawan Gayo Lues, Drs Salim Wahab. Menurut catatannya, pada abad 13 dan 14 M. Pasai dan Perlak, pernah kedatangan 2 penjelajah dunia.
Mereka diantaranya, Marcopolo dan Ibnu Batutah, kedua tokoh besar ini pada masa itu sudah mencatat bahwa Tari Saman sudah ada sejak abad itu. Dari penuturan kedua tokoh besar ini kata Salim Wahab, telah menyaksikan penduduk Gayo, sedang menggelar tari seni dengan menepuk dada, paha dan tangan, seraya bersorak sorai, berbahasa Gayo.
Dari catatan itu, dapat disimpulkan, Etnis Gayo adalah suku yang tertua di daerah Aceh, yang menyimpulkan kerajaan pesisir Aceh, Kerajaan Perlak, Pasai dan Pasangan di kendalikan oleh orang Gayo.
Menurut Salim, merangkum dari catatan pendapat A Mahmud, salah satu sejarawan Sumatera Utara, mengungkapkan, penduduk yang mendiami dataran rendah pantai timur dan utara Aceh, yakni Perlak, Samudera Pasai, Pesangan adalah sebelumnya didiami oleh penduduk Gayo, yang merupakan Proto Melayu Tua, telah mendiami daerah itu sekira 5.000 tahun SM.
Kemudian menyusul penduduk gelombang kedua, Deutro Melayu Muda, secara kebetulan komunitasnya lebih besar , selain itu pintar, lihai dan bertubuh kekar. Gelombang kedua ini, duduga berasal dari India Belakang, yang telah mendiami sepanjang pesisir pantai Timur dan Utara.
Namun, hubungan pergaulan kedua kelompok itu (Melayu Tua dan Melayu Muda) kurang harmonis. Seperti biasa, setiap komunitas yang kecil biasanya akan tergeser secara perlahan ke pinggiran atau ke pegunungan, akhirnya komunitas Gayo bergeser ke pegunungan. Tak ubahnya, seperti wilayah Amerika yang sebelumnya didiami oleh penduduk asli Indian. Namun, setelah kedatangan orang Eropa (Kulit putih), Indian tergusur secara perlahan. Begitulah Gayo.
Dan, setelah bergesernya Gayo ke pegunungan, maka tiga kerajaan tadi seperti Perlak, Samudera Pasai, Pesangan. Akhirnya jatuh ke tangan etnis melayu muda. Kesimpulannya, Tari Saman dari masa ke masa sudah ada sebelum kedatangan Melayu Muda ke tanah Aceh. Catatan lain, Marcopolo seorang saudagar dari Itali, telah menyaksikan taria itu sekira tahun 1292, sedangkan Ibnu Batutah asal Tangier Maroko juga telah menyaksikan tari Saman Gayo sejak 1345. (Insetgalus)
** Drs. H. Salim Wahab, Penulis/ Budayawan dan Sejarah Kabupaten Gayo Lues.