Demi Ayah Yang Telah Berpulang Desi Masuk Pesantren

Desi Natalia, santriwati Darul Muhklisin ketika diwawancari peserta pelahitan jurnalistik (Foto;Elisa)

Gadis ini sudah kehilangan kasih sayang sang ayah. Dia bertekad akan menjadi dokter. Pasantren adalah pilihanya yang merupakan bentuk pengabdianya kepada ayahnya yang sudah kembali ke ilahi.

Tettttt  tetttt tettttt  bel yang ditunggu-tunggu sudah berbunyi, suara bel ini menandakan  waktu pulang telah tiba. Di hari yang cerah, sekerumunan santriwati pondok pesantren dayah terpadu Darul Mukhlisin, Bur Jimet, Bebesen terlihat berjalan hilir mudik.

Ada pula yang berlarian sambil terengah-engah yang diiringi suara riuh tawa gembira menuju bilik mereka masing-masing. Mereka menebarkan senyuman. Diantara sejumlah murid itu, ada seorang gadis bernasib malang, namun memiliki tekad yang kuat dalam menapaki hidup ini.

Dia telah kehilangan tumpuan hidupnya, ayahnya telah kembali ke ilahi. Gadis ini dikenal dengan sosok yang lemah lembut, sopan, santun, ramah, cantik dan saleha. Ia merupakan anak sulung dari 4 bersaudara.  Namanya Desi Natalia, 18 tahun. Sebagai seorang kakak, anak dari almarhum Sahata Pangaribuan, harus menjadi panutan untuk adik adiknya.

Saat ditemui peserta pelatihan jurnalistik dayah, pekan lalu, Desi banyak bercerita tentang suka duka kehidupanya. Dia memiliki tiga orang adik, Diana juliva berusia 15 tahun, Doni Rahmat Syahputra berusia 9, tahun Dewi Agustina berusia 5 tahun,

Gadis cantik yang disapa Desi ini, lahir di Aceh Tengah tanggal 11 November 2002, 18 tahun yang lalu. sejak tahun 2018 silam ketika dia berusia 16 tahun, remaja berparas cantik ini telah ditinggalkan oleh sang ayah sosok yang begitu berpengaruh di dalam hidupnya.

Dia sudah kehilangan sang hero yang melindunginya selama ini. Setelah ayahnya meninggal Desi meminta kepada sang ibu untuk masuk pesantren. Keputusan Desi untuk masuk pesantren bukan tanpa alasan karena ia ingin menjadi anak amal saleha bagi sang ayah.

‘’Mak eee   aku penginnya masuk pesantren, aku kan anak pertama aku pingin jadi anak amal saleha Ama” ujar Desi  mengulang kembali permintaan kepada ibunya, saat dia bercerita dengan peserta pelatihan jurnalistik dayah.

Mendapat permintaan Desi, sang ibu hanya terdiam. Dengan berat ahirnya ibunya   mengizinkan anak sulungnya masuk pesantren. Karena dia ingin menjadi anak saleha buat Amanya (ayahnya).

Perjalan berlalu, Desi membungkus perasaan hatinya yang kehilangan ayah, dalam bentuk pengabdianya menjadi santri di Darul Muhklisin, sebuah pasantren di atas bukit, di Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah.

Setahun sudah berlalu, Desi menimba ilmu disini. Namun Tuhan sayang dengan Desi, kembali menguji ketangguhan prinsip hidupnya. Dia yang sudah kehilangan ayahnya, kembali kehilangan kasih sayang ibunya, karena kasih sayang dari ibunya sudah harus dibagi. Ibunya menikah lagi.

Bagaikan kehilangan pegangan hidup, Desi mencoba untuk tegar dan menunjukan ke adik-adiknya, dia harus menjadi kakak yang kuat. “Saya harus kuat, adik adik saya harus saya perhatikan, walau saya untuk mengurus diri sendiri juga belum mampu, namun saya harus berhasil,” sebut Desi sambil menyeka air mata yang menetes di pipinya.

Mata gadis manis ini memerah, ketika dia mengisahkan perjalanan hidupnya, ditinggal ayah saat dia butuh kasih sayang, kemudian ibunya menikah lagi, otomatis kasih sayang yang didapatnya dari sosok ibu sudah terbagi.

Sebenarnya Desi kepingin, setelah dia tamat baru ibunya berbagi kasih sayang. Namun takdir tuhan sudah mengantarkan gadis ini harus kuat sebagai anak sulung.

Ahirnya dia memilih tinggal bersama pamanya. Orang yang mengasuh Desi, memberikan kasih sayang, memikirnya kebutuhan selama pendidikan di pasantren dan berupaya menyemangati Desi agar kuat dalam hidup. Bagi Desi, pamanya merupakan sosok yang menggantikan ayahnya, almarhum Sahata Pangaribuan.

“Saya ingin jadi dokter,” sebut Desi yang tidak lagi menunjukan raut wajah sedih, air mata dipelupuk penglihatan sudah mengering. “Saya harus bisa dan kuat demi adik-adik saya. Demi pengabdian kepada Ama (ayah), saya harus mampu menyelesaikan pendidikan,” sebutnya sambil menebarkan senyum.

Desi punya keyakinan, ketika Tuhan memberikan cobaan kepada, ada sekenario Tuhan yang lebih sempurna untuk hambanya. “Sedih memang, namun Tuhan maha kuasa dalam menentukan perjalan hambanya,” sebutnya.

Tuhan sudah memberikan catatan sejarah pada perjalanan seorang hamba. Banyak anak yatim, piatu, yang dipersiapkan Allah untuk memberi warna dunia. Banyak anak yatim piatu yang sukses, setelah Tuhan menguji dengan beragam cobaan.

Semoga Desi masuk salah seorang di dalamnya, yang dipersiapkan Tuhan kelak menjadi manusia penerang bumi. Semoga Desi tabah dalam menjalani perjalanan hidup ini yang penuh dengan lika-liku. Semangat Desi. Amin. **** (Elisa Putri)

Penulis; Santri Dayah Al Azhar, Pejeget, Pegasing, peserta pelatihan Jurnalistik Pendidikan Dayah- Dinas Syariat Islam Aceh Tengah.

Comments are closed.