Oleh: Muhammad Nasril*
Guru merupakan pahlawan pendidikan, yang mendidik anak bangsa, mulai dari president ,pengusaha,politikus dan masyarakat luas secara umum sudah berjumpa dengan guru sehingga mereka meraih kesuksesan. Guru memiliki tempat yang strategis dalam menyumbang kemajuan suatu bangsa. Guru juga Sebuah profesi yang sangat mulia, mendidik dengan sepenuh hati, dengan harapan agar bisa membuat sang anak didik menjadi lebih baik dan lebih pintar. Tidak jarang pula profesi ini tidak dijalankan sesuai dengan amanah, mereka hanya mengajar sebatas kewajiban tidak memiliki tanggung jawab terhadap anak didik.
Nasib guru dibandingkan dulu, saat ini mengalami perubahan yang lebih sejahtera dengan ada perhatian pemerintah dalam pemberian sertifikasi kepada guru, walaupun masih ada sunat” pemotongan” atau belum merata, namun tidak semua guru memiliki nasib yang sama, bahkan ada guru swasta honornya hanya cukup untuk membeli peralatan mandi, biasanya mereka guru bakti atau guru honor, namun mereka tetap semngat dalam mendidik anak bangsa.
Pada Senin (25/11/2013), guru memperingati hari jadi mereka, semoga saja nasib guru akan semakin lebih baik di masa-masa yang akan datang. Namun mereka masih menyisakan amanah yang lebih besar untuk bisa lebih fokus dan bertanggung jawab dalam mendidik anak didik. Selama ini banyak keluhan siswa dan wali murid terhadap kualitas dan guru yang sibuk dengan urusan sertifikasi. Manajemen rasa telah dikesampingkan dalam mendidik, padahal untuk mendidik manajemen rasa itu sangat dibutuhkan, tidak semua kesuksesan diukur dengan materil. Terjadinya perbedaan sekolah berbasis asrama yang memiliki guru sertifaksi dengan non asrama, yang berasrama rata-rata madrasah swasta yang dikenal dengan boarding school ada yang menggunakan bahasa arab dan bahasa ingris sebagai pengantar, ada yang sibuk untuk mengurus jam sertifikasinya sehingga lupa kewajiban utama, maka hilanglah kualitas pendidikan ditempat trsebut, mereka kesampingkan amanah ilmu dalam mendidik. Terlalu memaksakan kehendak untuk mengajar walaupun mereka tidak mampu, hanya ingin jam mangajar penuh.
Manajemen rasa dalam mendidik yaitu keikhlasan, guru siap belajar untuk mengajar dan mendidik anak didik, bertanggung jawab terhadap anak didiknya, bukan mangajar sekedar melepaskan kewajiban, kalau sebuah lembaga pendidikan sudah menjadi money oriented kualitasnya akan pudar pada saat mengalami masalah keuangan dan biasanya pendidikan seperti ini dinikmati kalangan tertentu saja. Melalui peringatan hari guru marilah wahai pahlawan tanda jasa sebagai ujung tombak pendidikan negara ini untuk bermuhasabah, menjadikan kedepan lebih semngat dan manajement rasa yang dikedepankan, niat, iklas dan tlulus. Semoga kedepan pemerintah memberikan perhatian yang adil kepada para guru baik PNS maupun guru swasta. Bagaimanapun juga harus kita sadari bahwa peran guru PNS atau Swasta sangat besar dalam memajukan dunia pendidikan di negeri ini. Dalam keadaan apapun ,sudah sertifikasi atau belum, jangan hilangkan Manajemen Rasa dalam Mendidik & mengajar.
Refleksi hari guru bukan hanya sekedar diperingati lalu dibiarkan begitu saja, tapi jadikan moment ini intropeksi untuk seluruh guru. Jangan hilangkan title yang suda engkau peroleh “ Pahlawan tanda Jasa” dan tuugasmu sangat mulia. Didiklah anak bangsa ini, karena mereka yang hebat sekarang pernah menikmati jasamu wahai guru. Mendidik bukanlah ladang bisnis yang hanya fokus pada keuntungan pribadi. Tapi mendidik adalah amanah yang harus dijalankan dengan niat yang ikhlas dan tulus, dan ini akan lahir kalau guru memiliki manajement rasa dalam mendidik. Selamat hari guru, trimakasih untuk guru yang telah mendidik kami.
Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh*