by

Hiburan Merusak Moral Dari Menghina sampai Goyang Caisar dan Goyang Oplosan

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

Pelawak Tidak Tahu Diri

Masih ingat program-program bulan Ramadhan yang telah lita lewati seperti hiburan lawak-lawak serta hiburan lainnya yang tidak sesuai dengan norma-norma kesopanan.

Bahwa pelawak-pelawak Indonesia sekarang jauh dari norma-norma kesopanan dan tata kerama orang Indonesa sebagai Negara yang berbudaya, mereka telah menciderai aroma kesopanan  didepan publik melalui acara-acara lawak-lawak yang tidak bermoral. Beda dengan  pelawak-pelawak masa lalu seperti campur sari yang lebih menekankan  kebudayaan dan  sambil canda tawa dengan melahirkan humor yang sangat berkelas.

Pelawak memang menghibur pemirsa dirumah melalui tayangan TV tapi jika sudah melewati batas-batas yang telah ditetapkan oleh ajaran  Agama  maupun dari KPI itu kan telah melanggar peraturan yang telah di tetapkan  dan bisa dituntut  oleh KPI. Apalagi bulan  Ramadhan seharusnya menayangkan program-program religi yang  bisa membuat semangat bulan ramadhan membara.

Sebagaimana sering diberitakan bahwa selama bulan  ramadhan acara lawak-lawak menampilkan guyonan yang tidak pantas ditonton oleh pemirsa seperti pelecehan, mencaci maki orang yang jelek “padahal Allah tidak membedakan Umat Manusia, baik itu ganteng, cantik, putih, hitam, kaya mapun yang miskin yang Allah lihat adalah hati dan amalan perbuatan kita serta taqwa kita kepada Allah”. Ini ciptaan Allah diolok-olok ini sudah keterlaluan dan menurut saya pelawak-pelawak itu tidak tahu diri.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Komisioner KPI Idy Muzayyad ada enam program diberi teguran karena menampilkan tayangan yang tidak sejalan dengan semangat Ramadan. “Enam program tersebut yakni Sahurnya Pesbukers (ANTV), Hafidz Indonesia (RCTI), Sahurnya OVJ (Trans 7), Yuk Kita Sahur (Trans TV), Karnaval Ramadhan (Trans TV), dan Mengetuk Pintu Hati (SCTV),” ujar Komisioner KPI Idy Muzayyad di Jakarta, Selasa (23/7/2013).

Pelanggaran yang dilakukan, sambung dia, menyangkut tayangan yang bersifat komedi karena menampilkan guyonan yang tidak pantas seperti pelecehan dalam bentuk fisik, pekerjaan dan gender. Juga melanggar norma kesopanan dan UU Perlindungan Anak.

Semoga para pelawak-pelawak di Indonesia ini sadar bahwa dia adalah ciptaan Allah dan semua orang adalah sama,  dan menampilkan humor-humor yang bisa diterima setiap pemirsa serta KPI juga jangan  takut-takut mengintervensi kepada saluran televisi yang melakukan  program-program yang nakal serta tidak bermoral. Kata K.H (Alm) Zainuddin Mz “kita adalah bangsa yang beragama dan taat pada nilai-nilai kesopanan”.

Pelawak Indonesia, SADARLAH !!!

Ada ungkapan Bahasa arab yang menyebutkan: “la tahtakir mandunaka fal likulli syai in majiyyah”, Yang artinya “janganlah kamu menghina seseorang,  karena setiap orang itu mempunyai  kelebihan  masing-masing).

Setiap  saya menonton lawak-lawak yang ditayangkan  di televisi yang keluar dari mulut-mulut orang  itu hanya  ada kata-kata kotor, dari mulut itu keluar caci makian yang menghina fisik  dan profesi orang, padahal setiap manusia mempunyai kelebihan masing-masing yang tidak dipunyai oleh orang  lain. Dan mereka dulunya adalah  orang-orang  tidak mampu dan ketika menjadi pelawak menjadikan mereka  kaya raya dan mereka juga adalah makhluk  Allah yang  sama di dihadapan  Allah kecuali taqwanya.

Apakakah  pelawak-pelawak itu tidak sadar dari mana mereka berasal,  bahwa kebanyakan pelawak  itu dulunya berasal dari keluarga yang miskin juga dan penuh dengan cobaan  dalam  kehidupan.  Saya pernah menonton kisah-kisah  hidup para pelawak tersebut bahwa mereka  juga berasal dari kampung dan  dari keluarga yang kurang mampu, sekarang memang mereka  sudah menjadi  kaya raya tapi mereka harus sadar bahwa rizki itu Allah yang memberikan dan tidak boleh menghina dan mengolok-olok  orang  lain sebagaimana Firman Allah swt:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan)wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-seburuk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S 49: 11)”.

Menurut saya para pelawak-pelawak itu harus  banyak  lah berpikir dan merenung, mereka juga adalah manusia  yang  sama dengan manusia lain. Tidak ada perbedaan antara yang  terkenal  dengan  yang  tidak terkenal,  miskin dan kaya dan antara yang jelek  maupun  yang tampan  yang membedakan kita  dihadapan Allah  adalah  Taqwa kita kepada Allah. Dan sadarlah wahai pelawak, guyonan dan  canda anda yang berlebihan itu bisa membuat hati kalian keras dan mati.

Kini Goyang Caisar dan Goyang Oplosan

Bulan Ramadhan telah berlalu, muncul kembali program-progam TV yang meresahkan masyarakat khusunya anak-anak yang bisa merusak moral mereka. Hiburan kali ini beda dengan bulan ramadhan kemarin, kalau bulan Ramadhan lebih menonjol kepada penghinaan seseorang kali ini lebih parah lagi yakni GOYANGAN. Goyangan caisar yang ditayangkan dalam acara YKS di Trans TV serta muncul lagi goyang oplosan yang meresahkan itu, goyang naik turun itu bisa mengarah kepada unsure seks serta bisa merusak moral bangsa ini khususnya moral anak-anak yang suka menonton YKS ini.

Kita harus bisa memilih mana program-program  hiburan yang menurut kita mendidik dan tidak merusak moral, dan bagi orang tua agar mengawasi anak- anaknya untuk tidak menonton tv yang sifatnya bisa merusak  moral, karena anak-anak cepat menangkap dan menirukannya dengan adegan-adegan apa yang  dia lihat.

*Penulis: Kompasianer dan Kolumnis LintasGayo.com

Remaja Masjid Kota Banda Aceh, Gerakan #AcehTanpaJIL

Comments

comments