Takengen | Lintas Gayo : Sebanyak 11 orang siswa Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Takengen dari berbagai jurusan direncanakan akan mengikuti Ujian Nasional (UN) seperti halnya sekolah dasar lainnya di seluruh Indonesia pada 10 – 12 Mei 2011 mendatang.
Lukman S.Ag MBA, kepala sekolah yang telah mengabdikan dirinya selama sebelas tahun di sekolah tersebut, Rabu (4/4) mengatakan ada 11 siswa yang mengikuti Ujian Nasional (UN) tahun ini. Kesebelas anak tersebut terdiri dari anak-anak dari berbagai jurusan diantaranya jururan A (Tuna Netra), B (Tuna Rungu), C (Tuna Grahita), D (Tuna Daksa), dan juurusan E (Tuna Laras).
Adapun nama-nama siswa nya yang ikut UN diantaranya Rina Rizki Siregar, Kamalia, Mawaddah, Andika Fitra, Lisnawati, Maghfirah, M. Jaufi, Khairil Fikri, Intan Iradah, Rina Handayani dan Erwinsyah Putraga. “Umur mereka beragam dari 13 – 17 tahun. Pada umumnya perbedaan umur ini disebabkan keterlambatan masuk sekolah,” kata Lukman.
Materi ujian untuk murid SDLB tentu berbeda juga penilaiannya, kata Lukman lagi. Bobot nilai 8 di SDLB mungkin sama dengan nilai 3 di SD biasa.
“Soal untuk UAS (Ujian Akhir Sekolah) yang diujikan kepada siswa memang disesuaikan dengan kemampuan para siswa berdasarkan jurusannya, saya berharap pada UN nanti para siswa dapat mencapai target nilai kelulusan.” ujarnya bernada optimis.
Terkait beragamnya umur murid di sekolah yang dipimpinnya, Lukman menjawab bukan karena tinggal kelas. Akan tetapi karena umur saat masuk sekolah yang sudah terlalu tua. Karenanya, Lukman berharap bagi orang tua yang dikarunia anak memiliki kekurangan agar segera memasukkannya ke SDLB terdekat.
“Silahkan masukkan anak-anak tersebut ke kelas satu SDLB jika umurnya sudah 7 – 10 tahun agar tidak terlalu tua mengikuti pendidikan selanjutnya,” himbau Lukman seraya mengatakan bahwa di Aceh Tengah sudah ada beberapa SDLB alternatif lainnya seperti di Pegasing dan Silih Nara.
Jika berjauhan tempat dari SLB sehingga tidak memungkinkan untuk diantar jemput tiap harinya, SLB menyediakan fasilitas asrama. “Umumnya yang diasramakan disini adalah anak yang domisili orang tuanya jauh dari sekolah dan kebanyakan dari keluarga kurang mampu,” kata Lukman.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan atau target minimal pendidikan di sekolah luar biasa adalah bagaimana agar murid-murid tersebut bisa mengurus diri sendiri. Tapi tak menutup kemungkinan untuk lebih dari itu.
“Banyak sudah alumni SDLB dari sini setelah melanjutkan pendidikan ke SMPLB dan SMALB bisa hidup sukses. Ada yang jadi reperator radio, menjahit dan malah PNS,” ungkap Lukman. Ada bekas murid saya, seorang tuna netra asal Ponok Baru Bener Meriah sejak 2 tahun ini sudah menjadi PNS di Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Aceh, pungkasnya. (yy/ru)