OLEH : Amris Siwen Ariga Biola
Musik secara umum yang kita kenal semacam suara atau bunyi yang dihasilkan sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama. Dilain sisi saya juga ingin mengungkapkan bahwa music juga bermanfaat bagi keberlangsungan hidup manusia, seperti sebagai terafi, pendidikan, juga dapat meningkatkan perkembangan otak.
Melalui musik dafat merangsang system saraf. Sehingga dalam hal ini telah bayak digunakan dalam terafi. Berbagai penelitian yang telah dilakukan, dunia kedokteran serta psikologi membuktikan bahwa musik bisa dijadikan terapi dan berpengaruh dalam mengembangkan imajinasi dan pikiran kreatif. Dari berbagai penelitian ilmiah tersebut, dinyatakan bahwa musik dapat digunakan untuk membantu penyembuhan beberapa penyakit seperti insomnia, stress, depresi, rasa nyeri, hipertensi, obesitas, parkinson, epilepsi, kelumpuhan, aritmia, kanker, psikosomatis, mengurangi rasa nyeri saat melahirkan, dan rasa nyeri lainnya.
Suatu jenis musik yang mengandung komposisi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80 % dengan musik.
Oleh karena itu musik sangat berpengaruh kuat pada lingkungan belajar. Belajar lebih mudah dan cepat jika seseorang dalam kondisi santai dan reseptif. Detak jantung orang dalam keadaan ini adalah 60 sampai 80 kali per menit. Maka tempo musik yang mengikuti detak jantung manusia tersebut jika mendengarkannya akan terasa lebih santai dalam kondisi belajar yang optimal.
Dalam otak manusia terdapat reseptor (sinyal penerima) sehingga bisa menerima suara musik. Otak bayi pun sudah dapat menerima musik tersebut meski dengan kemampuan terbatas karena pertumbuhan otaknya belum sempurna. Musik merupakan salah satu stimulasi untuk mempercepat dan mempersubur perkembangan otak bayi. Bila anak terbiasa mendengar musik yang indah, banyak sekali manfaat yang akan dirasakan oleh anak. Tidak saja meningkatkan kognisi anak secara optimal, juga membangun kecerdasan emosional.
Penulis : Mahasiswa Paska Sarjana ISI Yogyakarta