Oleh: Syafi’i Saat*
SERUE adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari bambu. Bambu tersebut terdiri dari dua bagian yaitu peluk (batang mambu yang telah diolah) sebagai tempat pakan ikan sekaligus tempat untuk memancing ikan masuk kedalam Selanjutnya batang bambu diolah kecil-kecil yang disebut dengan bilah.
Rangkaian pengolahan yang sangat ulet ini menciptakan alat penangkap ikan yang dinamakan dengan SERUE. Kepintaran dan kecerdasan penggambaran tentang karakter etnis Gayo tertuang didalam sebuah alat penangkap ikan yang dinamakan dengan SERUE.
Falsafah penggambaran tersebut adalah, seseorang yang akan menangkap ikan pertama sekali akan membubuhi atau menaruh pakan ikan pada peluk SERUE, dengan pakan yang di sukai oleh ikan, biasanya terdiri dari dedak(ampas padi yang halus), ditambah dengan nasi dan sedikit terasi.
Selanjutnya SERUE dimasukan kedalam kolam atau sungai dengan harapan ikan akan masuk kedalam SERUE. kemudian dimulailah gambaran tentang karakter etnis Gayo yang diperankan oleh ikan, ikan pertama mencoba masuk kedalam peluk SERUE dan mulai melakukan aksinya berupa memakan pakan yang telah tersedia,ikan pertama masuk makan sambil mengeluarkan makanan keluar dari peluk SERUE,dan ikan yang lain yang berada diluar akan memakan makanan yang di keluarkan oleh ikan yang pertama masuk. Namun ikan- ikan yang berada diluar merasa cemburu dan ingin juga merasakan apa yang dialami oleh ikan yang berada di dalam SERUE.
Kemudian ikan kedua masuk dengan mendorong ikan pertama dan ikan pertama masuk kedalam perangkap dan tidak dapat lagi keluar, berlanjut dengan ikan-ikan selanjutnya dan sampai penuh SERUE dengan ikan-ikan yang ingin mencicipi apa yang dirasakan oleh ikan yang pertama. Setelah ikan semua masuk terjadilah dialog antara ikan-ikankan pertama berkata mengapa engkau mendorongku masuk kedalam perangkap padahal makanan yang aku keluarkan dari peluk SERUE telah mencukupi untuk kalian makan.
Ikan kedua menjawab andaikan kita tidak melakukan ini mungkin kita tidak masuk kedalam perangkap ini, namun apa boleh dikata nasi telah jadi bubur, malang tak dapat ditolak mujurpun tak dapat diraih, penyesalan Yang di alami oleh para ikan adalah penyesalan yang sia-sia karena semua telah berlalu. Gambaran falsafah Yang Ada pada SERUE merupakan gambaran karakteristik etnis Gayo, ketika ada diantara mereka di berikan amanah maka banyak tidak senang dan menginginkan amanah tersebut beralih kepadanya namun setelah semuanya hancur dan diambil oleh orang lain barulah timbul penyesalan.
Hal ini terus berlanjut sampai semua milik etnis Gayo berupa harta pusaka nenek moyang suku Gayo menjadi milik orang lain. Hari Ini barulah kita bercerita andaikan kita bersatu andaikata kita bersama andaikan kita tidak saling menjatuhkan, kita tidak seperti ini kita tidak menjadi tamu dikampung kita sendiri.
Namun hari ini kita hanya mampu menceritakan bahwa negeri ini hebat sekali dulunya, negeri Gayo ini adalah sumber dari kerajaan-kerajaan yang ada di Aceh ini, namun hari ini kita hanya mampu bercerita, hari ini kita hanya mampu menangis mendengar cerita yang dituturkan oleh para ahli sejarah.
*Kepala MTsN 1 Bener Meriah dan Pengamat Budaya Gayo
Comments are closed.