Redelong | Lintas Gayo : Perbaikan jalan lintasan Takengon – Bireuen atau disebut juga Jalan Gayo tepatnya di Jalan Cut Panglima yang masuk dalam wilayah Kabupaten Bireuen saat ini menjadi keluhan pengguna kendaraan. Pasalnya, sangat banyak pengguna kendaraan dirugikan akibat tidak lancarnya arus lalu lintas di daerah tersebut.
Seperti, Darwin Anggota DPRK Bener Meriah, kepada Lintas Gayo Jumat (29/4) mengatakan, dia berangkat ke Medan melalui jalan tersebut harus rela bersabar 24 jam di perjalananan. Normalnya jika berangkat dari Takengon ke Medan hanya membutuhkan waktu Sembilan jam.
”Waktu lebih banyak habis antri di Cut Panglima, apalagi pada malam hari, jika jalan yang mereka keruk longsor dapat dipastikan tidak akan diperbaiki kecuali menunggu pagi hari,”sebut anggota DPRK ini yang sudah satu malam tidur di Cut Panglima akibat menunggu tanah longsor disingkirkan.
Manullang, juragan sayur dan pemilik angkutan barang menuju Takengon – Medan juga mengatakan hal yang sama.”Seharusnya kontraktor tersebut bertahap dalam mengerjakan jalan itu, tidak sekaligus seperti ini. Akhirnya kacau semua antrian mobil dari arah yang berlawanan Bireuen dan Takengon tak bisa terbendung. Alhasil berjam-jam kami menunggu bahkan bermalam disini,”ungkapnya.
Ditambahkannya, jika seperti yang direncakan jalan tersebut akan selesai dikerjakan selama enam bulan, maka para pedagang sayur, kopi pemilik truck angkutan akan menderita kerugian.”Coba anda bayangkan, sayur kami kirim sore hari, biasanya nyampe Medan jam 5 subuh. Sekarang harus tertunda dan sampai pada sore berikutnya. Yang terjadi sayur mayur tersebut akan layu dan tak laku lagu. Begitu juga dengan angkutan lainnya, pasti ada yang dirugikan akibat perbaikan jalan tersebut,”sebut Manullang.
Sebelumnya, Dahrir warga Medan yang akan mengunjungi saudaranya di Takengon mengungkapkan kekesalannya atas lambannya kontraktor menurunkan alat berat ketika terjadi longsoran tanah di jalan yang sedang di keruk.”Akhirnya jam 10 pagi kami baru bisa keluar dari Cot Panglima. Sebenarnya, jika kontraktor tersebut bekerja menggunakan rencana dan manajemen kerja yang baik, maka semua arus lalulintas dapat di atur.”ungkap Dahrir.
Darwin, Manullang dan Dahrir hanyalah sebagian contoh pengguna jalan yang mengeluh, bahkan lebih banyak lagi yang kesal. Mereka berharap, agar pihak-pihak yang sedang bekerja khususnya kontraktor jangan memikirkan ego sendiri, masyarakat juga memiliki hak terhadap jalan tersebut. Sehingga pengaturan arus lalulintas jalan yang diperbaiki harus lebih baik tanpa ada pihak-pihak yang dirugikan.(Aman Buge)
ike pjabat si rugi ter pedeh mu nosah pesan ku pmerintah..
Tpi ike kmi rakyat jelata si i rugi nen, baek dlam hal hanah pe..
Pst kmi ni gere ara i pekeri…
Pekeri kmi si i kampung ni, kune berete mulalui jelen ku takengen no…
Si beteh pejabat ni nume neh rkyat, tpi sen we…
i karat renye