Banda Aceh | Lintas Gayo – Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah direncanakan akan menerima penghargaan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco), organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang bergerak di bidang pendidikan, keilmuan dan kebudayaan.
Menurut Kepala Biro Hubungan Masyarakat (Humas) Pemerintah Aceh, Murthalamuddin, Selasa, 23 September 2014, penghargaan yang akan diterima oleh Gubernur berupa sertifikat tari saman yang telah dimasukkan oleh Unesco dalam warisan dunia pada 2011 lalu.
“Rencananya penghargaan itu akan diserahkan kepada Gubernur pada 25 September 2014 di anjungan Aceh Taman Mini Indonesia Indah. Sebelumnya Pemerintah Indonesia telah menerima penghargaan itu dari Unesco, dan akan diserahkan kepada Gubernur Aceh oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti,” jelas Murthala.
Masih menurut Murthala, penyerahan penghargaan Unesco kepada Gubernur Aceh itu juga merupakan bagian dari serangkaian acara pameran warisan budaya dunia yang digelar Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan pada 25 hingga 29 September 2014 di Jakarta.
Selain Gubernur Zaini Abdullah, dari Aceh juga turut diundang Wali Nanggroe PYM Malik Mahmud Alhaytar, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Hasbi Abdullah, Inspektorat, Ketua Dewan Kesenian Aceh (DKA), Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Pariwisata, Kepala Bappeda dan Kepala Dispora.
Tari Saman dari Gayo Lues, Aceh ditetapkan oleh Unesco sebagai warisan dunia takbenda pada 24 November 2011 di Bali melalui sidang keenam Komite Antar-Pemerintah untuk Perlindungan Warusan Budaya Takbenda. Unesco melalui sidang tersebut mengamanahkan perlindungan terhadap tari saman. Sidang tersebut dihadiri lebih dari 500 anggota delegasi dari 69 negara.
Tari saman sudah berkembang di Gayo Lues, Aceh sejak abad ke-13. Tari dengan akurasi gerakan dalam tempo tinggi ini dikembangkan oleh Syeh Saman, seorang ulama yang menyebarkan Islam ke dataran tinggi Gayo tersebut. Melalui tarian itu Syeh Saman menyampaikan syiar Islam.
Awalnya tarian ini merupakan permainan rakyat yang bernama Pok Ane. Oleh Syeh Saman kemudian ditambah syair-syair religi yang berisi pujian kepada Allah SWT. Syair-syair itu diiringi dengan kombinasi tepukan tangan para penari. Dalam perkembangannya gerakan tari saman kemudian bertambah dengan kecepatan dan ketepatan gerakan tangan. Pemerintah Aceh terus berupaya melakukan revitalisasi tari seri tangan ini. (**)