Jakarta | Love Gayo : Dari aspek budaya, kawasan sekitar Danau Lut Tawar sudah absolut dihuni lebih dari 3500 tahun lalu. Bahkan, bahkan setelah penemuan beberapa fragmen arang kemungkinan besar sudah lebih tua antara 6000 hingga 10.000 tahun lalu, simpul Badan Arkeologi (BALAR) Medan yang diketuai Ketut Wiradnyana.
Dan untuk mendapatkan kepastian tahun terkait hasil temuan Ceruk Mendale dan Ujung Karang, perlu dilakukan uji laboratorium lagi berupa analisa Karbon dan Analisa Pollen.
Menanggapi temuan tersebut, Yusradi Usman al-Gayoni, salah seorang pemerhati pendidikan dan kebudayaan Gayo mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada BALAR Medan, Selasa (12/4) melalui surat yang diterima Lintas Gayo.
Menurut Yusradi, temuan tersebut cukup membantu kekaburan sejarah etnik Gayo selama ini. “Kawasan Mendale dan Ujung Karang perlu segera dikonservasi oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah,” kata Yusradi.
Di sisi lain, saranya, penelitian ini perlu diperluas ke titik-titik tanoh Gayo lainnya dengan bantuan ketiga Pemkab lainnya, Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Bener Meriah. Pada akhirnya, sejarah dan konstruksi sejarah Gayo dan Aceh akan semakin terkuak dengan jelas.
Lebih dari itu, lanjut Yusradi yang juga salah satu pengurus Musara Gayo Jabodetabek 2010-2013, World Gayo Alliance Conference (WGAC) yang pernah digagas Yusra Habib Abdul Gani tahun 2009, tokoh Gayo di Denmark, perlu ditindaklanjuti. Selain berelavansi dengan temuan Ceruk Mendale dan Ujung Karang, melalui penyelenggaraan pakat murum ini, diharapkan bisa menyadarkan sekaligus menyatukan orang Gayo ke depan.
“Saya lihat, orang Gayo sendiri masih belum saling mengenal, memahami, menerima, dan menghargai satu sama lain,” tegas Yusradi yang dalam kepanitiaan WGAC waktu itu ditunjuk sebagai Wakil Sekretaris. Oleh karena itu, Yusradi menilai pertemuan ini cukup penting biar orang Gayo ke depannya bisa sara ate, rasa, basa, kekire, dan sara langkah.
“Ini saatnya kita semua baik pemerintah kabupaten, organisasi Gayo seperti Keluarga Negeri Antara, Keluarga Gayo Sumatera Utara, Musara Gayo Jabodetabek, dan organisasi paguyuban lainnya, serta pelbagai elemen masyarakat Gayo lainnya untuk murum,” pungkas Yusradi Usman al-Gayoni (windjanur)