Dia kelahiran dataran tinggi Gayo Kabupaten Aceh Tengah 4 Nopember 1988 lalu. Terlahir dari ayah berdarah Jawa dan ibu dari Sumatera Barat. Namun dia yang bernama asli Rizka Rahayu tak bisa pungkiri “dia cinta Gayo”.
“Saya lahir dan menghabiskan masa kecil di Gayo. Hingga saat ini saya selalu ikuti perkembangan Tanoh Gayo, terutama dari pages Facebook I Love Gayo (ILG) dan situs beritanya Lintas Gayo serta media lain lainnya,” kata Kara, panggilan akrab gadis yang sempat berstatus siswi di SDN Buntul Kubu Takengon tahun 1995- 2000 ini.
Pengakuannya, kecuali sang ibu, seluruh keluarga ibunya yang berjumlah 9 orang berdomisili di Takengon.
Tahun 2000, karena profesi ayahnya sebagai polisi diharuskan pindah tugas ke Polda Bengkulu, suka tidak suka Kara yang punya seorang abang ini harus ikut diboyong sang ayah. Dia akhirnya menamatkan SMP, SMA dan akhirnya lulus dari jurusan Akuntansi Universitas Bengkulu tahun 2010 lalu.
Punya bakat dibidang komunikasi membuat Kara sempat bekerja sebagai penyiar di PT radio Swararia Santanna Bengkulu dan di PT Radio Lesitta FM Bengkulu. Dia juga sempat sebagai News Presenter di PT Bengkulu TV.
Selaku ahli akuntasi, Kara juga bekerja disejumlah perusahaan baik di Bengkulu maupun di ibukota Jakarta.
Lalu kenapa namanya menjadi Kara Sugiharto ?, “Nama itu dipakai saat kerja diradio, reporter dan presenterdi TV Bengkulu. Jadi kebawa-bawa sampe sekarang,” ungkap Kara.
Lebih jauh dijelaskan Kara, saat itu ditahun 2006 dia bingung, nama apa yang cocok dipakai saat siaran di radio. Oleh sang ayah yang diakuinya hanya sebagai seorang perwira biasa berpangkat IPDA memberikan nama Kara Sugiharto. “Tahun 2009 saya berhenti sebagai penyiar radio dan berlanjut ke presenter TV Bengkulu hingga akhirnya hijrah ke Jakarta,” ungkapnya.
Di Jakarta beberapa kali memenuhi panggilan sejumlah stasiun televisi diantaranya Trans TV dan Metro TV. “Berbekal Diploma tapi saya tetap semangat, tapi gagal saat di test terakir di Trans TV. Begitu juga di Metro TV, saingan hebat luar biasa. Tapi saya bangga walau tidak dapat bergabung di MetroTV, waktu audisi saya masih 8 besar dalam penyaringan terakhir. Mungkin karena gak jodoh jadi jurnalis lagi,” kenangnya bernada sedih.
Merasa agak putus asa dibidang jurnalistik, Kara kemudian menlanjutkan pendidikan ke sekolah penerbangan. “Kini saya sedang menempuh pendidikan flight opperation Cadet FOO Batch XI DATC,” ungkap Kara yang punya pengalaman paling berharga saat mewawancarai 32 orang Gubernur saat MTQ Nasional di Bengkulu beberapa tahun silam ini.
Kara juga punya pengalaman tak terlupakan saat diundang mengikuti upacara penurunan bendera 17 agustus di istana negara thn 2010 lalu.
Ingin Menetap di Gayo
Terhadap Gayo, yang paling berkesan adalah keramah-tamahan masyarakatnya. Dia tak bisa lupakan suasana pasar pagi Takengon. “Walaupun dalam keadaan cuaca yang dingin tetapi masyarakat dan pedagang tetap semangat dan penuh senyum menjajakan dagangannya, suasana dan pemandangan betul-betul gak bisa dilupakan,” kata Kara yang mengaku pulang ke Takengon tahun 2009 lalu ini.
Di mata Kara yang sudah sekian lama tidak berada di Gayo, Gayo kini sudah lebih berkelas dan kreatif. “Anak-anak mudanya lebih giat berkreasi, tempat tongkrongan lebih maju lagi, banyak buat event-event yang membuat Kara salut. Ada festival band, konser band ibu kota, fashion show, dan kegiatan-kegiatan kawula muda yang benar-benar kreatif dan positif. Dulu Gayo gak seperti itu. Sekarang benar-benar banyak perubahan. Saluutt,” ujar Kara.
Dia juga mengungkapkan keinginannya untuk mengabdi di Tanoh Gayo dan memilih di kabupaten Bener Meriah. “Setelah pendidikan saya selesai dan mungkin berbarengan dengan masa pensiun ayah saya, kami sekeluarga akan kembali ke Tanoh Gayo,” cetus gadis supel yang juga sedang menunggu pengumuman beasiswa untuk dididik jadi pilot ini.
Peserta Contest Berhijab Ala Nadhira
Nah, saat ini Kara sedang mengikuti sebuah kontes Berhijab Ala Nadhira, sebuah grup nasyid beranggota 4 orang wanita yang didirikan awal 2010 lalu di Jakarta.
Kontes tersebut adalah sebuah konsep acara yang diselenggarakan oleh Nadhira Management yang maksud dan tujuan event ini adalah mengundang sahabat-sahabat Nadhira berkreasi berpakaian Muslimah “Ala Nadhira” dimana pemenanganya akan di “make Over” oleh Nadhira sendiri.
Hingga akhir Nopember 2011 ini, Kara butuh dukungan dari rekan-rekan members I Love Gayo agar bisa lolos sebagai salah seorang dari 10 peserta sebagai pemenang.
Cara mendukung Kara dengan mengklik “Like” atau “Suka” di foto Kara Sugiharto dengan Nomor Peserta 136 tersebut. “Mohon kesediaan Sudere, Aka, Abang, Engi mendukung saya,” pinta Kara seraya mengucapkan selamat berhari raya Idul Adha 1432 Hijriah kepada seluruh Urang Gayo dimanapun berada. (eLGe/03)