Takengen | Lintas Gayo– Workshop tentang kopi bertema “Kopi, Budaya dan Persahabatan” diselenggarakan oleh The Rainforest Coffee di Takengen ikut diramaikan oleh mahasiswa asal University of Hongkong.
Workshop yang berlangsung selama 4 hari hingga 18 juni 2016 turut didukung Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Takengen, dan Universitas Gajah Putih (UGP) Takengon.
Direktur The Rainforest Coffee Afrianty Sitanggang mengatakan bahwa kopi yang bearasal dari Gayo sudah begitu mendunia termasuk Hongkong. Sehingga mahasiswa dari University of Hongkong tertarik untuk melihat langsung keberadaan kopi Gayo.
“Tentu nanti diharapkan terjadi pertukaran budaya, termasuk pertukaran informasi tentang keberadaan kopi yang ada di Gayo dan kopi yang sudah ada di Hongkong,” ujarnya, rabu (15/06/2016) di Takengen
Sementara itu perwakilan Mahasiswa University of Hongkong, Isha Sengupta mengakui sangat senang datang ke Indonesia dapat melihat langsung keberadaan kopi gayo dan sangat terkesan dengan masyarakatnya yang ramah tamah, juga bisa langsung bertukar informasi dengan masyarakat Gayo.
“Kami begitu menikmati perjalanan ini dan dapat melihat langsung perkebunan kopi, kami bangga terhadap Indonesia,” imbuhnya .
Sementara perwakilan Pemerintah daerah yang dihadiri Sekda Karimansyah mengharapkan mahasiswa asal Aceh Tengah dapat menyajikan informasi yang terbaik bagi mahasiswa asal hongkong tersebut
“Berikanlah informasi yang terbaik kepada sahabat-sahabat yang datang dari jauh, sehingga mereka mempunyai bekal yang cukup terkait dengan sosial budaya, maupun aspek-aspek lain termasuk kopi Gayo,” katanya
Pada akhir sambutannya Sekda Karimansyah menambahkan bahwa kopi gayo adalah kopinya rakyat, tidak ada yang dikuasai oleh perusahaan besar. Dan Pemerintah Daerah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan sertifikasi kopi gayo karena sebagian besar masyarakat bergantung dari kebun kopi
“Kopi gayo adalah kopinya rakyat, tidak ada kebun kopi yang dikuasai oleh perusahaan besar. Pemerintah Daerah senantiasa komit untuk meningkatkan kualitas dan sertifikasi kopi gayo secara terus menerus karena sebagian besar masyarakat Aceh Tengah bergantung dari kebun kopi,” demikian Karimansyah. (Yus/MK)