Bagi para penikmat seni tari, Saman menjadi salah satu primadona dalam pertunjukan. Dalam setiap penampilannya, selain menyedot perhatian yang besar juga menyedot para penikmat seni tari. Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak badan, kepala dan posisi badan. Keunikan lainnya terlihat dari posisi duduk para penari dan goyangan badan yang dihentakkan ke kiri atau ke kanan, ketika syair-syair dilagukan.
Tari ini berasal dari dataran tinggi tanah Gayo. Di ciptakan oleh seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman. Pada mulanya tarian ini hanya merupakan permainan rakyat biasa yang disebut Pok Ane. Melihat minat yang besar masyarakat pada kesenian ini maka oleh Syekh disisipilah dengan syair-syair yang berisi Puji-pujian kepada Allah SWT. Sehingga Saman menjadi media dakwah saat itu. Dahulu latihan Saman dilakukan di bawah kolong Meunasah. Sehingga mereka tidak akan ketinggalan untuk shalat berjamaah.
Tari ini biasanya dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki, tetapi jumlahnya harus ganjil. Mungkin saat kita mengetahui segala aspek yang terdapat dalam tarian ini, kita dapat lebih memahami. Dan mendapatkan tidak hanya keindahan namun juga makna filosofi dari posisi, gerak, syair yang terlantun saat pertunjukan Saman di gelar.
Dalam penampilan yang biasa saja (bukan pertandingan) dimana adanya keterbatasan waktu, Saman bisa saja dimainkan oleh 10 – 12 penari, akan tetapi keutuhan Saman setidaknya didukung 15 – 17 penari. Yang mempunyai fungsi sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
* Nomor 9 disebut Pengangkat
Pengangkat adalah tokoh utama titik sentral dalam Saman, yang menentukan gerak tari, level tari, syair-syair yang dikumandangkan maupun syair-syair sebagai balasan terhadap serangan lawan main (Saman Jalu / pertandingan)
* Nomor 8 dan 10 disebut Pengapit
Pengapit adalah tokoh pembantu pengangkat baik gerak tari maupun nyanyian/ vokal
* Nomor 2-7 dan 11-16 disebut Penyepit
Penyepit adalah penari biasa yang mendukung tari atau gerak tari yang diarahkan pengangkat. Selain sebagai penari juga berperan menyepit (menghimpit). Sehingga kerapatan antara penari terjaga, sehingga penari menyatu tanpa antara dalam posisi banjar/ bershaf (horizontal) untuk keutuhan dan keserempakan gerak.
* Nomor 1 dan 17 disebut Penupang
Penupang adalah penari yang paling ujung kanan-kiri dari barisan penari yang duduk berbanjar. Penupang selain berperan sebagai bagian dari pendukung tari juga berperan menupang/ menahan keutuhan posisi tari agar tetap rapat dan lurus. Sehingga penupang disebut penamat kerpe jejerun (pemegang rumput jejerun). Seakan-akan bertahan memperkokoh kedudukan dengan memgang rumput jejerun (jejerun sejenis rumput yang akarnya kuat dan terhujam dalam, sukar di cabut.
Tari saman ditarikan dalam posisi duduk. Yang kelahirannya erat berkaitan dengan masuk dan berkembangnya agama islam. Dimana posisi penari duduk berlutut, berat badan tertekan kepada kedua telapak kaki. Pola ruang pada tari saman juga terbatas pada level, yakni ketinggian posisi badan. Dari posisi duduk berlutut berubah ke posisi diatas lutut (Gayo – berlembuku) yang merupakan level paling tinggi, sedang level yang paling rendah adalah apabila penari membungkuk badan kedepan sampai 45o (tungkuk) atau miring kebelakang sampai 60o (langat). Terkadang saat melakukan gerakan tersebut disertai gerakan miring ke kanan atau ke kiri yang disebut singkeh. Ada pula gerak badan dalam posisi duduk melenggang ke kanan-depan atau kiri-belakang (lingang).
Selain posisi duduk dan gerak badan, gerak tangan sangat dominan dalam tari saman. Karena dia berfungsi sebagai gerak sekaligus musik. Ada yang disebut cerkop yaitu kedua tangan berhimpit dan searah. Ada juga cilok, yaitu gerak ujung jari telunjuk seakan mengambil sesuatu benda ringan seperti garam. Dan tepok yang dilakukan dalam berbagai posisi (horizontal/ bolak-balik/ seperti baling-baling). Gerakan kepala seperti mengangguk dalam tempo lamban sampai cepat (anguk) dan kepala berputar seperti baling-baling (girek) juga merupakan ragam gerak saman. Kesenyawaan semua unsur inilah yang menambah keindahan dan keharmonisan dalam gerak tari saman.
Karena tari saman di mainkan tanpa alat musik, maka sebagai pengiringnya di gunakan tangan dan badan. Ada beberapa cara untuk mendapatkan bunyi-bunyian tersebut:
1. Tepukan kedua belah tangan. Ini biasanya bertempo sedang sampai cepat
2. Pukulan kedua telapak tangan ke dada. Biasanya bertempo cepat
3. Tepukan sebelah telapak tangan ke dada. Umunya bertempo sedang
4. Gesekan ibu jari dengan jari tengah tangan (kertip). Umunya bertempo sedang.
Dan nyanyian para penari menambah kedinamisan dari tarian saman. Dimana cara menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi dalam 5 macam :
1. Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
2. Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.
Dalam setiap pertunjukan semuanya itu di sinergikan sehingga mengahasilkan suatu gerak tarian yang mengagumkan. Jadi kekuatan tari Saman tidak hanya terletak pada syairnya saja namun gerak yang kompak menjadi nilai lebih dalam tarian. Ini boleh terwujud dari kepatuhan para penarinya dalam memainkan perannya masing-masing.
Itulah sekelumit tentang fungsi formasi, jenis gerak, asal musik pengiring serta nyanyian dalam pertunjukan tari Saman. Semoga bermanfaat bagi anda dalam memahami tarian Saman.
Tema Syair pada tarian saman pada mula pertamanya adalah tentang dakwah atau ajaran agama. Pada perkembangan selanjutnya tema tersebut bertambah dengan tema-tema lainnya seperti tentang pertanian, pembangunan, adat istiadat, muda-mudi dan lain-lain.
Berikut adalah contoh syair-syair lagu pengiring tari Saman yang tema utamanya adalah tentang muda-mudi untuk masa pertunjukan selama kurang lebih 10 menit. Yang di susun berdasarkan urutan penyajian tari saman dan telah di terjemahkan kedalam bahasa indonesia.
Persalaman
1. Rengum/ Dering
Hmm laila la aho
Hmm laila la aho
Hoya-hoya, sarre e hala lem hahalla
Lahoya hele lem hehelle le enyan-enyan
Ho lam an laho
Aum/ Koor Aum
Hmm tiada Tuhan selain Allah
Hmm tiada Tuhan selain Allah
Begitulah-begitulah semua kaum Bapak begitu pula kaum ibu
Nah itulah-itulah
Tiada Tuhan selain Allah
1. Salam Kupenonton
Salamualikum kupara penonton
Laila la aho
Simale munengon kami berseni
Lahoya, sarre e hala lem hahalla
Lahoya hele lem hehelle
Le enyan-enyan
Ho lam an laho
Salamni kami kadang gih meh kona
Laila la aho
Salam merdeka ibuh kin tutupe
Hiye sigenyan enyan e alah
Nyan e hailallah
Laila la aho, ala aho
Salam Kepada Penonton
Assalamualaikum ya para penonton
Tiada Tuhan selain Allah
Yang hendak melihat kami berseni
Begitu pula semua kaum bapak
Begitu pula kaum ibu
Nah itulah-itulah
Tiada Tuhan selain Allah
Salam kami mungkin tidak semua kena
Tiada tuhan selain allah
Salam merdeka dijadikan penutupnya
Ya itulah, itulah, aduh
Itulah, kecuali Allah
Tiada tuhan selain Allah, selain allah
Uluni Lagu/ Kepala lagu
1. Asalni Kededes
Asalni kededes kedie
Asalni kededes ari ulung kele keramil
Sentan ire rempil kedie
Sentan irerempil he kemenjadi jadi bola
Asalni kededes kedie
Asalni kededes ari ulung kele keramil
Sentan irerempil kedie
Sentan irerempil he kemenjadi jadi bola
Asalni kededes kedie
Asalani kededes ari ulung ke le keramil
Sentan irerempil kedie
Santan irerempil he menjadi jadi bola
Inget-inget bes yoh ku ine e
Asal Bola Daun Kelapa
Asal bola daun kelapa kiranya
Asal bola daun kelapa dari daun kelapa
Begitu dijalin-jalin kiranya
Begitu di jalin-jalin ia menjadi-jadi bola
Asal bola daun kelapa kiranya
Asal bola daun kelapa dari daun kelapa
Begitu dijalin-jalin kiranya
Begitu di jalin-jalin ia menjadi-jadi bola
Asal bola daun kelapa kiranya
Asal bola daun kelapa dari daun kelapa
Begitu dijalin-jalin kiranya
Begitu di jalin-jalin ia menjadi-jadi bola
Ingat-ingat awas sayangku aduh ibu
1. Salam Ni Rempelis Mude
Oreno nge tewah ari beras beras padi
Ya hoya, oi manuk kedidi
He menjadi rem rempelis mude
Ne inget bes inget bes
Oi kiri sikuen kiri
Ara salamualaikum, rata bewene
Ara kesawah jamuni kami
Ne inget-inget bes yohku
Kuguncang male kuguncang
Salamualaikum rata bewene
Ne inget bes mien yohku
Ingatin bang tudung
Oi mude kin ulung mude
Ipantasan mulo
Salam dari Rampelis Mude (Rampelis Mude nama sanggar)
O runduk sudah rebah dari beras beras padi
Ya, begitulah oi burung kedidi
Hai menjadi Rempelis Muda
Oh ibu, ingat awas, awas
Oi yang dikiri dikanan-kiri
Assalamualaikum, rata semuanya
Adakah tiba tamu kami
Oh ibu, inga-ingat, awas sayangku
Ku guncang akan ku guncang
Assalamualaikum rata semuanya
Oh, ibu ungat awas lagi sayangku
Digantilah tudung
Oi muda untuk daun uda
Dipercepat dulu.
Lagu-lagu
1. Le Alah Payahe
He le ala payahe kejang
E kejang mufaedah payah musemperne
Enge ke engon ko kuseni ruesku
Senangke atemu kami lagu nini
Ine inget-inget bes mien yoh ku ine
Oho ingatin bang tudung uren
Awin gere kedie muselpak
Jangko gere kedie muleno
Beluh gere kedie berulak
Jarak gere kedie mudemu
Ine ilingang lingeken mulo
Yoh kukiri sikuen kiri
Tatangan katasan
Enti lale cube die ine
Awin gere kedie muselpak
Jangko gere kedie muleno
Beluh gere kedie berulak
Jarak gere kedie mudemu
Jadi bang mulongingku ine
O kejang teduhmi ningkah
Ike payah teduhmi kite
Ike gaduh tuker mulo
Aduh Payahnya
Hai, aduh payahnya, payah lelah
E, lelah berfaedah, payah memuaskan
Sudahlah kau lihat sendi ruasku
Senangkah kamu kami seperti ini
Oh ibu, ingat-ingat lagi sayangku, oh ibu
Oho, diganti dulu payung hujan
Di tarik, tidaklah nanti patah
Dijangko tidaklah nanti rebah
Pergi tidaklah nanti kembali
Jauh tidaklah lagi bertemu
Oh ibu, di goyang, di geleng dulu
Hai ke kiri, ke kanan-kiri
Angkatlah lebih tinggi
Jangan lalai cobalah dulu, oh ibu
Di tarik, tidaklah nanti patah
Dijangko tidaklah nanti rebah
Pergi tidaklah nanti kembali
Jauh tidaklah lagi bertemu
Cukuplah dulu adikku, oh ibu
Oh, capek berhenti dulu meningkah
Jika payah berhenti dulu kita
Jika letih tukar dulu
1. Balik Berbalik
Iye balik berbalik
Gelap uram terang uren urum sidang
Simunamat punce wae ala aho
He nyan e hae ala aho
Aho – aho – aho
Iye balik berbalik
Gelap uram terang uren urum sidang
Simunamat punce wae ala aho
He nyan e hae ala aho
Aho – aho – aho
Balik Berbalik
Iya ku balik berbalik
Gelap dengan terang, hujan dengan teduh
Yang nmemegang punca Dialah, Ya Tuhan
Itulah dia, ya Tuhan
Ya Allah – Ya Allah – Ya Allah
Iya ku balik berbalik
Gelap dengan terang, hujan dengan teduh
Yang nmemegang punca Dialah, Ya Tuhan
Itulah dia, ya Tuhan
Ya Allah – Ya Allah – Ya Allah
Penutup
1. Gere Kusangka
Gere kusangka, aha kenasibku bese
Berumah rerampe ehe itepini paya
Berumah rerampe ehe itepini paya
Suyeni uluh, nge turuh supue sange
Mago-mago bese aku putetangak mata
Mago-mago bese aku putetangak mata
Tetea tetar ahar reringe petepas
Gere kidie melas dengan naik iruangku
Gere kidie melas dengan naik iruangku
Tidak Kusangka
Tidak kusangka, aha kalau nasibku begini
Berumah rerumputan ditepinya rawa
Berumah rerumputan ditepinya rawa
Tiangnya bambu, sudah bocor atap dari pimping
Sulit-sulit begitu aku berputih mata
Sulit-sulit begitu aku berputih mata
Lantainya belahan bambu, dindingnya pun tepas
Tidakkah kiranya menyesal saudara naik kerumahku
Tidakkah kiranya menyesal saudara naik kerumahku
1. Kemutauh Uren
Kemutauh uren ari langit
Munerime kedie bumi
Kemutauh uren ari langit
Munerime kedie bumi
I nampaan ara baro renah
Cabang tewah ku lawe due
Ari abang gih mungkin berubah
Bier lopah itumpun kudede
Kemutauh uren ari langit
Munerime kedie bumi
Kemutauh uren ari langit
Munerime kedie bumi
I nampaan ara baro renah
Cabang tewah ku lawe due
Ari abang gih mungkin berubah
Bier lopah itumpun kudede
Kerna langkah ni kami serapah
Berizin mi biak sudere
Kesediken cerak kami salah
Niro maaf kuama ine
Jika Turun Hujan
Jika turun hujan dari langit
Menerimakah kiranya bumi
Jika turun hujan dari langit
Menerimakah kiranya bumi
Di nampaan ada waru rendah
Cabang rebah ke lawe due
Dari abang tidak mungkin berubah
Biar pisau tancapkan ke dada
Jika turun hujan dari langit
Menerimakah kiranya bumi
Jika turun hujan dari langit
Menerimakah kiranya bumi
Di nampaan ada waru rendah
Cabang rebah ke Lawe Due
Dari abang tidak mungkin berubah
Biar pisau tancapkan ke dada
Karena langkah kami segera bergegas
Mohon izin kepada sanak saudara
Sekiranya ucapan kami salah
Mohon maaf kepada ibu-bapak
(Source: Pustaka2aceh)