Catatan: Win Ruhdi Batin
Zaini tidak sedang bermimpi. Tapi sadar sepenuhnya. Bahwa meningkatkan produksi kopi petani tradisional di gayo itu mungkin dilakukan. Potensinya bisa mencapai 4 ton. Nah lho.
Kenapa Zaini yakin?, karena Zaini adalah petani. Bukan politisi yang suka membual . Atau birokrat yang mahir orasi.Zaini petani tulen bergelar S3 (Syukur Selesai SMA). Menjadi petani di Merah Mege Atu Lintang Aceh Tengah dilakoni Zaini sepenuh hati.
di kebun kopi itu, Zaini ingin sejahtera. Seperti cita -cita umumnya rakyat Indonesia. Untuk semua itu, Zaini menggunakan semua potensi pengetahuannya. Membuka lahan sebanyak empat hektar. Dan Zaini membuktikan kepada dirinya, bahwa hasil kopi perhektar bisa capai 1.5 ton lebih.
Zaini terus menguji berbagai perlakuan olah tanah, pangkas kopi, naungan hingga penggunaan pupuk organik. Dan hasilpun terus meningkat.
Zaini tentu tak ingin sejahtera sendiri. Ratusan ribu penduduk Aceh Tengah dan Bener Meriah serta sebagian Gayo Lues, sangat menggantungkan hidupnya dari hasil panen kopi. Tapi produksi hanya 700 kilogram perhektar pertahun.
Dengan produksi 700 kilogram dikalikan harga jual kopi asalan dengan estimasi harga Rp. 50 ribu. Didapat hasil Rp.35 juta/tahun. Dibagi dua belas bulan , didapat hasil perbulan Rp. 2.9 juta. Dengan uang 2.9 juta, petani menggantungkan semua kebutuhan hidupnya disana. Ini berarti petani kopi masih belum sejahtera. Masih hidup susah.
Untuk itulah, Zaini menawarkan konsepnya. Sejahtera bersama. Dengan membuat kebun percontohan. Di 14 Kecamatan Aceh Tengah, dibuat kebun kebun percontohan. Disana petani bisa berinteraksi dan melihat langsung bagaimana bertani secara modern dengan hasil maksimal. Zaini ingin sumber daya manusia petani kopi dirubah.
Pengetahuan petani kopi gayo selama ini dinilai sangat tradisional. Sehingga hasil kopinya rendah secara produksi. Itulah yang harus dirubah. Ditingkatkan. Petani kopi bisa mencontoh langsung tehnisnya di kebun percontohan. Tawaran Zaini sangat mungkin dilakukan. Konsepnya jelas.
Persoalannya adalah , beranikah Pemda mengakomodir ide brilian ini sebagai upaya mensejahterakan petani. Pemda mulai berpikir visioner. Secara bertahap memulai upaya peningkatan pengetahuan petani bertani kopi. Apalagi Pemda Aceh Tengah memiliki kucuran dana satu trilyun lebih setiap tahun.
Pemda mulai mengalokasikan dana untuk memulai program ini. Atau mungkin bukan program ini. Ada program lain yang lebih jelas dan ilmiah bisa dilakukan . Tentu saja sangat diapresiasi petani. Karena dari tahun ke tahun produksi petani tidak naik secara signifikan.
Bagi Zaini, jika produksi kopi petani naik. Berarti, petani sejahtera. Maka semua program pemerintah, seperti pelaksanaan Syariat Islam akan sempurna dilakukan. Semoga keresahan Zaini bisa terjawab dengan aksi nyata Pemda. Karena kalau hanya berpikir pribadi. Zaini dengan hasil kebunnya sudah cukup.
Tapi bagaimana petani kopi lainnya? Mereka tak sejahtera karena lemahnya pengetahuan membudidayakan kopi. Dan Zaini punya kiat menaikkan produksi. Dan itu tak mungkin bisa dilakukan Zaini sendiri. Harus bersama sistim. Dan sistim itu ada di Pemda.
Upaya Zaini mendongkrak SDM petani kopi sudah dilakukannya bertahun tahun dengan mendirikan Pusat Pelatihan Petani Pedesaan Mandiri (P4S)
Kampus Kopi, Klinik Kopi dan lain lain. Namun semua itu tidak bisa menjangkau semua petani di 14 Kecamatan. Kepakaran Zaini tentang budidaya kopi, tidak saja dipakai di Kampung halamannya. Tapi juga diluar daerah. Selama tiga tahun setengah, Zaini menjadi motivator dan penyuluh kopi di Kabupaten Karo. Dengan bayaran yang aduhai.