NEGERI di lembah merapi ini sedang berduka. Orang nomor satu di sana ditetapkan KPK sebagai tersangka korupsi, saat dia menjabat Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS).
Sebelumnya negeri penghasil kopi ini juga kehilangan putra terbaik. Tokoh masyarakat yang disebut sebut akan menjadi orang nomor satu di Kabupaten Aceh Tengah, Tgk. Iklil Ilyas Leube, berpulang ke ilahi. Ribuan ummat mengantar keperistirahatan terahirnya.
Bener Meriah dalam Agustus ini dibalut duka berlapis. Kehilangan putra terbaik yang bersahaja, dan kabar “memprihatinkan”, terseretnya Ruslan Abdul Gani, sang bupati sebagai tersangka kasus korupsi.
Bedanya almarhum Iklil, belum pernah mendapat kesempatan memimpin pemerintahan. Mantan pasukan GAM ini, belum bernasip baik saat bertarung dalam Pilkada lalu. Dia menduduki peringkat kedua di Aceh Tengah. Upaya hukumnya kandas di tangan Mahkamah Konstitusi (MK).
Sementara Ruslan, memenangkan pertarungan dalam Pilkada, dia juga sudah pernah menjabat sebagai PLT Bupati Bener Meriah sebelumnya. Lima tahun lebih kemudian, dia menjadi bupati defenitif yang berpasangan dengan Rusli M Saleh.
Kini Ruslan, bagaikan pesakitan yang menunggu kepastian. Dia terjerat hukum bukan karena jabatanya sebagai bupati, namun saat memimpin proyek di Sabang. Walau belum ada ketetapan hukum yang tetap buatnya, Ruslan justru mendapat hukuman publik.
Dimana-mana di daerah dingin itu, namanya menjadi pembahasan. Sementara pemberitaan tentang dirinya, baik maenstrem maupun jejaring sosial, menjadikan Ruslan sebagai “ bintang”. Akibat kesalahan yang belum ada ketetapan hukum, nama jabatanya sekarang ikut terbawa.
Ruslan sebagai manusia, sama dengan mahluk lainya yang tidak luput dari dosa dan kesilapan. Namun hukuman publik kepadanya justru “menghujam”, laksana reruntuhan gempa dari gunung merapi Burni Telong.
Dibalik kritikan kepadanya, ada juga manusia yang masih bersimpati. Memberikan support untuk tabah serta kuat dalam menghadapi segala persoalan. “ Manusia yang sudah jatuh, bukan tambah kita jatuhkan. Namun seharusnya kita berikan semangat agar dia tegar,” sebut salah seorang yang dekat dengan Ruslan.
Persoalan hukum yang akan “dinikmati” apakah dia bersalah atau tidak, itu adalah proses dari sebuah perjalanan anak manusia sekaliber Ruslan. Belum tentu bersalah. Namun bila juga kelak dinyatakan bersalah, sebagai manusia Ruslan masih punya kesempatan untuk memperbaiki diri. Tuhan saja maha pengampun.( Bahtiar Gayo/khairul Akhyar/ Harian Waspada Jumat 7/8/2015).