Coffee Latte
Diam-diam
Aku sering mengingat
Perjumpaan kita di sebuah masa yang masih remaja
Di saat itu gerimis turun di kotamu jadi metafora perekat kenangan
Kita memilih duduk di sebuah cafe
Menikmati kopi dant mini cheese tart
Sejak itu setiap aku menikmati latte
Tentangmu akan bersemi lagi
Dua sahabat dari dua benua
Di bisunya coffee latte merekam cerita
Akankan kita kembali bersua?
Seperti dulu sekali pun kelak kita sudah menjadi tua
Taiwan, 2013
Kopi dan Kenangan
Seperti kenangan
meskipun telah lama lewat
ia akan selalu melekat di ingatan
Seperti kopi
meskipun berwarna hitam pekat
ia akan selalu dirindukan lidahku
Taiwan, 2013
Perempuan Kopi
: Dewi Nova
Siang ini kubuka kembali
Sebuah buku berjudul “Perempuan Kopi”
Karya anak negeri
Ditulisanya dengan hati
Tentang kegetiran juga perlawaan
Yang membuat mataku berapi-api
Adakalanya nasib perempuan
tersembuyi di gelapnya malam
Adakalanya air mata ibu
melahirkan kekuatan demi kekuatan tapi tetap tak sekuat kenyataan
Adakalanya seorang istri
mesti diam menikmati segala ketidaklaziman demi sebuah keutuhan
Hati perempuan harus tetap manis
Meski bertemu keadaan yang pekat
Dan harus selalu punya cara keluar dari perasaan-perasaan yang gelap
Serta mesti tahan panas dan dingin menu kehidupan
Sehingga ia bisa melewati setiap keadaan serupa menyrumput kopi
Taiwan, 2013
Cemburu
Seperti Drupadi cemburu kepada Arjuna
Aku selalu cemburu pada kopimu
Di mana pun kau selalu mengingatnya
Lalu menyeruputnya dengan sepenuh hati
Kau seumpama bisa tanpa aku
Tapi tidak mungkin sehari tanpa kopi
Ah…cemburu yang gila ini
Tak seharusnya ada di hati
Karena perjumpaan kita dimulai di cafe kopi
Di mana gerimis membuat kita harus berteduh
Lalu kita memesan kopi yang sama “Cappuccino”
Dari sanalah awal segala cerita kita dimulai
Taiwan, 2013
Secangkir Kopi Pengharapan
Cangkir, siap kita isi
Air pun telah mendidih
Hari ini aku, atau kaukah yang menjadi gula?
Yang lain pasti akan menjadi bubuk kopi
Tak ada yang lebih istimewa
Atau pun tak ada yang tak berguna
Semua bahan mesti ada dan sesuai takaran
tak boleh kurang atau pun berlebihan
Secangkir kopi harapan
Tercipta karena kebersamaan
Siap membasahi kerongkongan kering kita
yang tengah berada di padang pasir kehidupan
Warna pekat, siap disruput
Khasiatnya tak kalah dari obat
Hilangkan ngantuk seketika
Menurunkan lemak kepenatan
Mengurangi ejakulasi dini menulis dan membaca
menumbuhkan rasa percaya diri manusia dalam berkarya
Berkelana dalam dunia maya
Seraya berda adi pucuk mimpi
Lupakan sejenak hal-hal yang mengusik hati
O, dunia…izinkan aku malam ini
Memeluk dan bercinta dengan kekasihku imaji sampai pagi
Taiwan, 2009
Kwek Li Na Lahir di Semitau, 4 April 1979. Saat ini berdomisili di Taiwan, bekerja di toko makanan penghangat milik keluarga. Di waktu luang senang membaca dan menulis apa saja. Menikmati tiap inci keindahan Taiwan di saat musim panas adalah kegiatan yang selalu memberinya energi baru. Karya-karya Kwek Li Na biasa dipanggil A Ling pernah dimuat di berbagai media di Kalimantan Barat, Jawa Timur, Tangsel, Sulawesi, Hongkong, dan Taiwan. Saat ini kotributor di Majalah Idola (Majalah berbahasa Indonesia yang terbit di Taiwan). Bukunya yang sudah terbit adalah “Kumpulan puisi Bunga Rindu di Sandaran Bintang”, “Planetoid Cinta” dan kumpulan cerpen “Imaji Air”.
Puisi-puisi karya Kwek Li Na alias A Ling diatas dinyatakan lulus seleksi tahap pertama dari sejumlah karya yang dikirimkan, dan berhak menjadi nominator karya yang akan dimuat dalam Buku Antologi Puisi “Secangkir Kopi” terbitan oleh The Gayo Institute (TGI) dengan editor Fikar W Eda dan Salman Yoga S.